Presiden Jokowi dan Sri Mulyani (Menkeu) punya kelakuan yang sama, yaitu membandingkan angka angka, seolah olah Indonesia lebih baik.
Sri Mulyani membandingkan hutang Indonesia dengan negara negara Afrika. Menkeu “pura pura” tidak tahu, kalau negara Afrika berhutang untuk kepentingan rakyat (gratis pendidikan dan berobat):
- Presiden:”Tidak Boleh Seorangpun MATI, Karena TIDAK Punya Biaya Berobat.”
- Hutang Antara Sri Lanka en Indonesia – Jokowi Tidak Bisa Mencicil Rumah BTN
Sementara hutang Indonesia hanya untuk menyusahkan rakyat!
Sekarang presiden Jokowi membandingkan tingkat inflasi “rendah” dan pertumbuhan “tinggi” Indonesia dengan Amerika Serikat!
Semestinya dengan inflasi rendah, rakyat Indonesia punya kemampuan untuk MEMBELI (belanja).
Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia TINGGI, seharusnya diikuti oleh lapangan kerja yang “melimpah.”
Apa kenyataannya?
Berjuta juta orang menganggur, otomatis tidak punya penghasilan. Bahkan ada 27 juta orang kelapan (Hari Melawan Kemiskinan Dunia - Terjadi Karena Pemerintah Tidak Punya Kapasitas)
Jika inflasi Indonesia nol sekalipun, apa yang mau dibeli?
Bagaimana dengan Amerika?
Sepanjang tahun 2021, ada belasan juta lowongan pekerjaan: Vaksinasi Sukses – Jutaan Lowongan Kerja TIDAK Terisi
Semenjak presiden Joe Biden dilantik, setiap bulan rata rata tersedia lapangan kerja lebih dari 1 juta lowongan, dan yang terisi cuma sebanyak 750.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu) lowongan.
Orang Amerika punya pekerjaan, punya penghasilan. Jika inflasi “double digit” sekalipun, mereka masih mampu membeli.
Kemudian, karena kisaran inflasi cuma 4% selama 40 tahun terakhir, sedikit saja naik, orang Amerika sudah “teriak teriak.”
Sejak bulan lalu, angka inflasi sudah mulai turun, dan akan segera normal.
Terakhir, hati hati, kalau membuat perbandingan yang TIDAK komplit, nanti presiden bisa bisa dituduh menyebar harapan PALSU.
# Posting sebelumnya: