Sawan Fibrosis: Pilpres 2024
Showing posts with label Pilpres 2024. Show all posts
Showing posts with label Pilpres 2024. Show all posts

Sunday, April 23, 2023

Presiden Jokowi Megawati PDIP Membangun TEMBOK di Pilpres 2024

Dua peristiwa penting belakangan ini mengindikasikan Jokowi, Megawati dan PDIP sedang membangun Tembok besar untuk menghadapi Pilpres 2024.



Image – Jokowi, Megawati dan Ganjar (credit to Kumparan)

Pertama, Kepala Desa demo di depan gedung DPR, kemudian serta merta Presiden Jokowi menyetujui keinginan kepala desa tersebut.

Peristiwa kedua, PDIP mempersiapkan 3,5 juta kader, sekali lagi KADER, bukan sukarelawan untuk menjadi SAKSI di semua TPS dan menjadi Regu penggerak pemilih (Guraklih).

Dua pertanyaan penting:

- Apakah Pilpres akan berlangsung fair tanpa campur tangan presiden Jokowi?
- Apa maknanya semua ini?

# Posting penting:

Dengan demikian, jabatan kepala desa yang sebelumnya 6 tahun menjadi 9 tahun, dan dari 2 periode menjadi 3 periode.

Sedangkan untuk TPS yang berjumlah sekitar 810 ribu akan tercover oleh 3,5 juta kader yang berperan ganda, yaitu sebagai saksi dan penggerak pemilih agar datang ke TPS dan tentunya “membujuk” pemilih untuk memilih Capres PDIP.

Kembali ke pertanyaan: Apakah Pilpres akan berlangsung fair tanpa campur tangan presiden Jokowi?

Mengrarapkan presiden fair dan tidak berpihak ke siapapun sama saja berharap menunggu kucing bertelor dan bertanduk.

Presiden Jokowi TIDAK akan bersusah payah mengumpulkan para buzzerRp, kemudian berkata “presiden mendatang berambut putih!” Tepuk tanganpun riuh rendah.

Begitu juga, presiden tidak akan bersusah payah menyetujui tuntutan para kepala desa, tanpa punya maksud apa apa. Lebih dari 50% pemilih ada di desa.

Apakah itu ciri ciri fair dan TIDAK memihak?

Ditambah pula “desas desus,” Capres PDIP didukung oleh dana TANPA batas di pilpres 2024.

Posting saya sebelumnya menjadi batal dan harap pembaca abaikan saja: Kekalahan Ahok Bukti Endorse Jokowi TIDAK Berguna – Tibak 17

Ya, boleh disimpulkan bahwa berhadapan dengan gabungan presiden Jokowi, Megawati, PDIP yang efektif serta dana melimpah sama saja dengan membenturkan kepala ke tembok baja yang ada paku tajam!

# Posting sebelumnya:

Saturday, January 28, 2023

Kekuatan SBY, AHY dan Demokrat di Jatim

Banyak indikator kuantitatif yang bisa kita lihat untuk membandingkan prestasi seorang presiden.



Image 1- SBY dan AHY (credit to Duta)

Jika angka angka ekonomi yang kita lihat seperti pertumbuhan, angka pengangguran dan jumlah hutang, maka SBY boleh diacungi dua jempol.

Dari sisi demokrasi, bahkan, anda bisa bawa kerbau untuk demonstrasi ke istana tanpa perlu takut ditangkap dan dijebloskan ke penjara.

TIDAK ada tokoh yang bilang Firaun dilaporkan polisi, dan harus minta maaf. Bebas bicara di media online, tanpa rasa was was akan dilaporkan polisi.

SBY TIDAK punya “peliharaan” yang dibiayai uang rakyat untuk memuji diri sendiri. SBY TIDAK sakit jiwa!



Image 2- Dimana salahnya SBY? (credit to Quora)

# Posting penting:



Image 3- SBY serentak resmikan 6 bandara (credit to berita satu)

Bandingkan dengan presiden saat ini:

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa SBY termasuk presiden TERBAIK yang pernah dimiliki Indonesia.

Bagaimana di Jawa Timur? Apakah SBY masih dianggap sebagai salah satu putra daerah terbaik?

Dan apa hubungannya dengan Kekuatan SBY, AHY dan Demokrat di Jatim?



Image 4- Belum selesai sudah blow up (credit to Kompas)

Fakta, SBY menang dua kali di Jatim saat pilpres 2004 dan 2009. Partai Demokrat juga pernah menang di Jatim.

Fakta lain, Emil Dardak, Wakil Gubernur Jatim adalah ketua DPD Demokrat Jatim. Pengurus lain diantaranya putra Gubernur Khofifah dan anak La Nyalla.

Fakta lain lagi, ada 10 kepala dan wakil kepala daerah (bupati dan walikota) yang menjadi pengurus partai Demokrat Jatim.

Jika dan hanya Jika SBY, AHY, wakil gubernur Jatim dan 10 kepala daerah berkampanye untuk AHY sebagai wapres, adalah “sangat kompetitif” untuk mengalahkan siapapun capres atau cawapres 2024 di Jatim.

Pilpres 2024 memang akan seru!

# Posting sebelumnya:

Friday, January 6, 2023

Apakah Ganjar Pranowo Menurunkan Angka Kemiskinan Jawa Tengah?

Ganjar Peanowo dan pendukungnya merespon tentang kemiskinan di Jawa Tengah. Hal ini bisa disimak di berbagai media mainstream maupun sosial.



Image – Ganjar bersama Megawati (credit to Tribun)

Salah satu posting saya tentang kemiskinan di Jawa Tengah:

Menurut Ganjar, angka kemiskinan di Jawa Tengah “turun” selama dia menjadi gubernur.

Apakah benar?

Untuk membuktikannya, mari kita lihat data dari BPS.

# Posting penting:

Cukup 3 data saja kita bandingkan: Data tahun 2013, tahun 2018 dan tahun 2022 (tahun 2023 belum ada).

1) Tahun 2013, adalah tahun ketika Ganjar Pranowo dilantik menjabat gubernur Jawa Tengah: angka kemiskinan sebanyak 4,73 juta jiwa.

2) Tahun 2018, tahun ketika Ganjar dilantik untuk jabatan gubernur periode kedua: ada sebanyak 3,87 juta jiwa rakyat miskin.

3) Tahun 2022. sebenarnya tahun 2023 adalah tahun terakhir jabatan Ganjar Pranowo. Karena belum ada, kita pakai saja data tahun 2022. Dimana ada sekitar 3,83 juta jiwa rakyat miskin.

Kesimpulan yang dapat kita tarik, ya, Ganjar Pranowo benar. 

Secara garis besar, angka kemiskinan TURUN di masa Ganjar menjadi gubernur Jateng: 4,73 juta tahun 2013, turun menjadi 3,87 juta tahun 2018, dan terus turun menjadi 3,83 juta tahun 2022.

Namun demikian, posisi Jateng adalah top 3 TERMISKIN di Indonesia!!

# Posting sebelumnya:

Thursday, October 20, 2022

Hanya SBY yang Bisa MENYAPU Bersih Suara Pulau JAWA

Sejak era Sukarno, semua ahli Indonesia di Amerika mengatakan, minimal punya tiga syarat untuk menjadi presiden RI: Pria, Islam dan Jawa.



Fig 01- SBY satu satunya yang bisa Menang di Jawa (credit to CNNI)

Di era pilpres langsung, SBY tidak hanya menang Pilpres 2004 dan 2009, tetapi juga satu satunya yang bisa MENYAPU bersih suara di pulau Jawa sampai detik ini.

Apakah karena SBY lelaki tulen?”

Sudah barang tentu. Yes, 100%

Apakah karena SBY Islam tulen?”

Pasti dong

Apakah karena SBY Jawa tulen?”

Wong, ngomongnya “medok” gitu kok……



Fig 02- Cactus, hanya ilustrasi

# Posting penting:



Fig 03- Bunga Magnolia, putih bersih

Bagaimana dengan yang di sebelahnya?”

Sebelah apaan?

Ya … sebelah SBY dong.”

Jangan tanya tanya saya deh …. nanti saya …. eee

Terus …. saya mau tanya siapa?”

Ya, nggak tau …. bukan urusan saya.



Fig 04- Hiasan untuk hari Thanksgiving

Hanya untuk contoh, ini hasil Pilpres di Pulau Jawa antara SBY-JK Vs Mega-Hasyim tahun 2004:

- Jawa Timur: 12,15 juta (SBY-JK) Vs 8,22 juta (Mega-Hasyim)
- Jawa Tengah: 8,99 juta (SBY-JK) Vs 8,41 juta (Mega-Hasyim)
- Yogyakarta: 1,15 juta (SBY-JK) Vs 0,78 juta (Mega-Hasyim)
- Jawa Barat: 13,19 juta (SBY-JK) Vs 7,83 juta (Mega-Hasyim)
- Banten: 2,91 juta (SBY-JK) Vs 1,73 juta (Mega-Hasyim)
- Jakarta: 3,39 juta (SBY-JK) Vs 1,51 juta (Mega-Hasyim)

Megawati sang incumbent berpasangan dengan Hasyim Muzadi yang saat itu adalah ketua PB NU.

Sebenarnya Mega-Hasyim adalah pasangan yang sangat dikjaya, tetapi bisa ditaklukkan oleh SBY-JK yang “dipecat” Megawati sebagai anggota kabinet.

# Posting sebelumnya:

Friday, October 7, 2022

Siapapun Capres Dukungan PKS dan JK Akan MENANG di SINI

Dalam 4 (empat) kali Pilpres langsung selama REFORMASI, ada beberapa fakta fakta MENARIK yang terjadi.



Fig 01- PKS pernah dukung PS dan SBY, sementara itu Jusuf Kalla 
(JK) pernah dukung PS, SBY dan Jokowi (credit to RMOL).

Capres yang didukung oleh PKS, yaitu SBY dan Prabowo Subianto MENANG di Propinsi Jawa Barat dan Banten.

Bahkan, ketika tahun 2019 yang dihadapi adalah “incumbent,” sedang JAYA di puncak kekuasaan.

Kononnya menurut Washington Post (2019) sang “incumbent” menggelontorkan dana dalam jumlah puluhan triliun rupiah agar MENANG di Jabar dan Banten.

Bahkan sang incumbent didampingi putra daerah Banten. Bahkan lagi, gubernur Jabar sangat mendukung incumbent.



Fig 02- Lukisan bunga Magnolis

# Posting penting:



Fig 03- Kolam di neighborhood

Fakta adalah, meskipun seandainya langit runtuh, tetap capres dukungan PKS menang di Jawa Barat dan Banten.

Sementara itu, siapapun Capres yang didukung oleh Jusuf Kalla, yaitu SBY tahun 2004, Jokowi tahun 2014 dan Prabowo Subianto tahun 2019, MENANG telak di Propinsi Sulawesi Selatan.

Apakah fakta fakta ini Tidak Luar Biasa?

Terus, apa implikasinya untuk Anies Baswedan pada Pilpres 2024?



Fig 04- Aneka bunga di sudut halaman

Jika fakta Luar biasa ini juga “terjadi” di pilpres 2024, maka potensi suara yang akan didapat oleh Anies Baswedan SANGAT besar.

Tambahan pula, setiap polling di DKI Jakarta, Anies Baswedan TIDAK tertandingi.

Tambahan yang lain, Anies Baswedan yang dilahirkan di Jawa Barat, kemudian dibesarkan di Jogyakarta, dan juga pernah “mengabdikan” dirinya di kota gudeg ini berpotensi besar untuk meraup suara di sini.

Sampai detik ini, hanya Anies Baswedan capres yang “lancar” 3 bahasa: Jawa, Indonesia dan Inggris. Sedikit bahasa Arab sepertinya.



Fig 05- Salah satu rute jalan pagi.

Dengan bahasa Jawa yang eksennya “medok” serta dikombinasikan dengan bahasa Arab, pasti akan menyebabkan para santri di tiga Jawa (Jateng, Jatim dan Jogya) akan terkaget kaget mendengarkan kampanye Anies Baswedan.

Dari Sumatra, berdasarkan jejak digital, dukungan DPW dari berbagai parpol terus mengalir ke Anies, diantaranya dari Aceh, Sumbar, Jambi dan Riau.

Secara garis besar potensi suara yang bisa diraup Anies Baswedan paling tidak 100 juta suara.

Potensi suara ini, belum termasuk jika Anies Baswedan sudah memiliki wapres.

Pembaca tentu sekarang makin faham, kenapa Anies berusaha “dijegal,” dan partai Gerindra sekarang teriak teriak dalam kerisauan.

# Posting sebelumnya:

Monday, August 29, 2022

Hasrat Jokowi 3 Periode yang Tidak Kunjung Padam

Saya melihat keinginan Jokowi untuk 3 periode dari sisi Puan Maharani (Megawati), sementara Rocky Gerung (pejuang demokrasi Indonesia) melihat dari sisi Jokowi.



Fig 01- Keinginan jelas Jokowi untuk 3 periode.

Sudah berkali kali saya “komen” tentang Jokowi 3 periode ditentukan oleh Puan dan Megawati, terakhir tanggal 21 Agustus 2022, minggu lalu.

“…. kalau Puan Maharani merasa terpojok, sangat mungkin dia akan berbalik arah mendukung Jokowi 3 periode.... # lebih aman menjadi Wapres Jokowi ….”

Sementara Rocky Gerung, ketika ada pernyataan Jokowi bulan Mei 2022, sekitar 4 bulan lalu yang berbunyi:”….. Ojo Kesusu …..” langsung menterjemahkannya sebagai “Keinginan KUAT Jokowi untuk 3 periode.”

Bukan dukungan Jokowi terhadap Ganjar Pranowo. Tidak sama sekali.

Terus?



Fig 02- Jokowi, Megawati dan Puan (credit to BeritaSatu)

# Posting penting:



Fig 03- Outlet Levis, luar kota

Intinya bahwa keinginan untuk 3 periode itu memang dari Jokowi, dan hasrat bisa terwujud jika disetujui oleh Megawati.

Pemahaman dan spekulasi berikutnya adalah jika posisi Puan “terjepit,” yang diindikasikan oleh:

- rendahnya “polling” atau tidak konsisten masuk 5 besar.
- kurang dapat dukungan suara dari bawah, setelah kunjungan seluruh Indonesia.

Sehingga, Puan Maharani tidak punya pilihan TERBAIK lain, kecuali menjadi Wapres Jokowi.

Maka, Sim Salabim…. Adakadabra!!

# Posting sebelumnya:

Sunday, August 21, 2022

Apakah Anies Baswedan akan Bernasib Sama Seperti Gatot Nurmantyo?

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 1 Juni 2022, ada komen saya di medsos tentang Anies Baswedan.



Fig 01- Masa jabatan Anies Baswedan (credit to Liputan 6).

Kutipan komen tersebut:”Masa jabatan Anies Baswedan akan berakhir bulan Oktober tanun ini, 2022..... # Pilpres itu berlangsung tahun 2024..... ngapain Anies sepanjang tahun 2022 sampai 2024?”

Kemudian saya lanjutkan:”Hasil polling Anies Baswedan biasa biasa saja..... bahkan kesulitan untuk berada di puncak..... # kenapa posisi Capres PDIP harus diberikan ke Anies?..... dia bisa dikalahkan oleh siapa saja.”

Bukan hanya Anies, bahkan Prabowo dan Ganjar atau Ridwan Kamil bisa “dikalahkan,” sekaligus juga punya peluang sama untuk “menang.”

Kenapa?



Fig 02- Topeng, hanya ilustrasi

# Posting informatif:



Fig 03- Kerumunan, hanya ilustrasi

Pertama, posisi capres di polling selalu “gonta ganti,” TIDAK ada seorang caprespun konsisten berada di posisi 1, 2, 3, 4 atau 5.

Di suatu polling berada di posisi dua misalnya, tetapi di polling yang lain bisa berada di posisi 1 atau bahkan “tercampak” keluar dari top 3.

Kedua, masih dalam kontek polling, terutama tahun 2014, tidak ada yang seperti presiden Jokowi yang selalu berada di posisi 1 dan memimpin “double digit” di setiap polling yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga survei.

Bahkan, di suatu survei, Jokowi pernah mencapai angka “magic number,” yaitu 51%, sementara lawan terdekatnya cuma 26%. Sisa 23% terbagi kepada beberapa capres.



Fig 04- Hanya ilustrasi

# Mengingat kembali:



Fig 05- Kehijauan di sebuah sudut

Kondisi polling Jokowi menyebabkan Aburizal Bakri, ketum Golkar saat itu memilih “mundur” menjadi capres 2014. Diikuti oleh capres lainnya, kecuali Prabowo Subianto.

Kemudian, apa hubungan antara nasib Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo?

Ketika masih memegang jabatan formil sebagai Pangab ABRI, nama Gatot Nurmantyo selalu disebut sebut sebagai presiden setelah Jokowi. Di polling, beliau berada di posisi puncak atau top 3.



Fig 06- Peringatan tidak membuang sampah di danau

Setelah pensiun, pelan pelan nama Gatot menghilang, beliau muncul hanya ketika peringatan G30S PKI.

Sekarang?

Nama Gatot sudah tidak disebut sebut sebagai capres potensial partai apapun. Di setiap hasil polling yang saya amati, nama Gatot hanya sekali masuk top 10 dalam 3 bulan terakhir.

Bagaimana dengan Anies Baswedan?

Mari kita amati hasil polling setelah 3 bulan atau 6 bulan Anies Baswedan tidak menjabat gubernur DKI. Apakah lebih baik dari Gatot Nurmantyo?

# Posting sebelumnya:

Friday, July 8, 2022

Semua Presiden Indonesia adalah Kader Partai Politik

Sejak Indonesia merdeka, 1945 sampai hari ini, semua presiden Indonesia yang jumlahnya 7 (tujuh) orang adalah kader partai politik.

Tidak percaya?



Fig 01- Tujuh presiden Indonesia (credit to Solopos)

Mari kita simak satu persatu:

1) Sukarno, kader PNI (Partai Nasional Indonesia)
2) Suharto, kader Golkar
3) BJ Habibie, kader Golkar
4) Abdul Rahman Wahid, kader PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
5) Megawati Sukarno Putri, kader PDI-P
6) SBY, kader partai Demokrat
7) Joko Widodo, kader PDI-P



Fig 02- Bunga liar, hanya ilustrasi

Bagaimana dengan negara lain seperti Amerika Serikat?

Semua presiden Amerika Serikat adalah kader partai politik, kalau tidak Demorat, ya, partai Republik.

Kekecualian hanya terjadi pada George Washington, presiden pertama, karena dia ingin rakyat Amerika Serikat bersatu padu sebagai negara yang baru merdeka.



Fig 03- Ranting dan bunga merah

Dan apa implikasinya dalam Pilpres Indonesia 2024?

Ya, jelas ada dong, yang akan jadi Capres dan Presiden 2024, Insya Allah akan datang dari kader partai politik.



Fig 04- Bunga Plumbago, sedang mekar

Sudah jelas, koalisi Gerindra dan PKB AKAN mengusung kader partai politik, Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar.

Idem dito, terang benderang, PDI-P juga akan mengusung kadernya sebagai Capres, apakah Puan Maharani atau Ganjar Pranowo.

Partai partai lain?

Masih morat marit, kalang kabut dan tunggang langgang menentukan koalisi dan mengusung Capres dan Cawapres 2024.

Ujung ujungnya bisa saja berlabuh di PDI-P atau malah “mengemis” ke Gerindra dan PKB yang sudah punya jago. Siapa takut?

# Posting sebelumnya: