Sawan Fibrosis: February 2019

Thursday, February 28, 2019

Pilpres 2019- Saving Private PRABOWO SUBIANTO (bagian 1)

Prabowo Subianto bersama prajuritnya, credit to Lensa Fakta

Bau anyir darah, desingan peluru, letupan dinamit, ledakan ranjau dan tangis janda serta isak anak anak prajurit adalah bagian dari kehidupan sehari hari Prabowo Subianto selama karirnya di militer.

Operasi yang “menghebohkan” dunia adalah pembebasan peneliti berkebangsaan asing yang disandera oleh OPM di Papua. Operasi ini disebut dengan istilah “operasi militer untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz95.” Mengapa menggemparkan dunia?

Pertama - Operasi langsung dipimpin oleh pasukan komando yang berpangkat jenderal bintang satu (Brigadir Jenderal) yaitu Prabowo Subianto.
-Bandingkan dengan operasi militer (Operation Neptune Spear) membunuh pemimpin Al-qaeda, Osama bin Ladin tahun 2011. Robert J O’neill yang membunuh Osama bin Ladin cuma berpangkat Sersan Mayor atau prajurit biasa, non perwira. Sedangkan arsitek operasi yang berpangkat bintang dua hanya memonitor dari jarak jauh melalui satelit.

Kedua- Prabowo Subianto MENOLAK naik pangkat. Padahal SEMUA yang terlibat operasi pembebasan sandera di-NAIKkan pangkatnya. Bahkan ada beberapa prajurit naik pangkat DUA KALI dalam setahun.

Prabowo Subianto adalah satu satunya Jenderal di MUKA BUMI ini yang menolak naik pangkat setelah operasi militer yang membebaskan sandera asing diakui keberhasilannya di dunia.

Silahkan cek di buku sejarah, kasi tau pak Prabowo Subianto jika ada jenderal yang MENOLAK naik pangkat di dunia ini.

Hanya sebagai pembanding, arsitek yang memonitor dari jauh operasi militer membunuh Osama bin Ladin menerima kenaikan PANGKAT menjadi bintang empat dengan suka cita, penuh tawa ceria!
Kenapa Prabowo MENOLAK naik pangkat? Terus, dan apa hubungan antara “Saving Private Ryan” dengan “Saving Private Prabowo Subianto?”

Untuk pertanyaan pertama, jawabannya sederhananya adalah karena Prabowo Subianto berjuang demi sang saka merah putih, demi mengharumkan nama Republik Indonesia walaupun NYAWA taruhannya.

Anda sekarang jadi NGERTI, kenapa Gus Dur (mantan presiden RI dan mantan ketua PBNU) pernah bilang:”Prabowo Subianto adalah jenderal paling ikhlas.” Gus Dur biacara sesua kenyataan. 100% benar.

# Untuk pertanyaan: Apa hubungan antara “Saving Private Ryan” dengan “Saving Private Prabowo Subianto?” Akan kita ulas di bagian 2.

Thursday, February 21, 2019

Pilpres 2019- Saving Private “Sumitro Djojohadikusumo”

Film Saving Private Ryan, credit to RAF Museum

Film “Saving Private Ryan” bercerita tentang upaya menyelamatkan nyawa seorang prajurit bernama “Ryan” oleh tim khusus yang langsung dbentuk Mabes tentara Amerika Serikat. Kenapa dan ada apa dengan “Ryan,” sehingga nyawanya harus diselamatkan?

Ryan bersama 3 abang kandungnya ditugaskan untuk memerangi Nazi Jerman. 3 saudaranya tewas di medan tempur. Mengetahui hal ini, menhan Amerika langsung memerintahkan Ryan keluar dari zona tempur.

Celakanya, Ryan tidak diketahui berada di Batalion, platoon atau squad yang mana satu. Terpaksa pasukan khusus dibentuk. Tom Hank berperan sebagai kapten pasukan. Sebagaimana film perang, isinya tentu saja heroisme, kesetiakawanan, nilai nilai kemanusiaan dan terkadang ada dialog dialog lugu yang membuat kita geli.

Tragisnya, kapten pasukan penyelamat ini, Tom Hank dan beberapa prajuritnya tewas oleh terjangan peluru panas.

Film yang disutradarai Steven Spielberg tersebut mendapat nominasi 11 piala Oscar dan menjadi film box office.

Apa hubungan antara “saving private Ryan” dengan Sumitro Djojohadikusuomo, ayah Prabowo Subianto?

Dua saudara kandung Sumitro Djojohadikusumo, yaitu Soebianto Djojohadikoesoemo dan Soejono Djojohadikoesoemo gugur di medan tempur dalam usia yang sangat muda. Ada syair di saku Soebianto Djojohadikoesoemo (barangkali memprediksi kematiannya):

Kami bukan pembina candi
Kami hanya pengangkut batu
kamilah angkatan yang pasti musnah
agar menjelma angkatan baru…..”

Di Amerika, jika satu serdadu tewas, maka menteri pertahanan yang akan langsung menghubungi pihak keluarga. Jika lebih dari satu (abang-adik) gugur di medan tempur, maka presiden yang langsung menyatakan belasungkawa ke pihat keluarga serdadu. Kemudian, semua adik beradik yang masih tersisa di medan tempur akan ditarik pulang.

Apa perlakuan negara terhadap Margono Djojohadukusumo yang dua putranya diterjang peluru tentara Jepang? TIDAK ADA. Nihil. Nothing. Tidak menteri, apalagi presiden yang menyampaikan berita duka.

Tentu saja, Margono Djojohadukusumo tak ingin satu putranya yang masih tersisa GUGUR. Maka akan “musnah” silsilah turunan Djojohadukusumo.

Sumitro Djojohadikusumo, kemudian dikirim kuliah di Nederlandse Economiche Hogeschool, Belanda sampai memperoleh gelar Doktor (S3) bidang ekonomi.

Kita tahu bahwa Sumitro Djojohadikusumo, ayah Prabowo Subianto adalah arsitek ekonomi Indonesia yang sangat berjasa terhadap pembangunan kembali ekonomi yang sedang “porak poranda,” baik setelah kemerdekaan RI dan setelah G30S PKI.

# Pengorbanan keluarga Prabowo Subianto sangat luar biasa terhadap Indonesia:
-Darah, jiwa, raga, air mata dan harta untuk Republik Indonesia

Monday, February 18, 2019

Debat Capres 2019- Kesan Dunia, Jokowi “Kurang Ajar”

Kebakaran hutan, credit to “Keepo me”

Ketika debat pilpres Amerika, Mitt Romney, sang penantang menyerang “habis habisan” Obama, seolah olah Obama bukan “manusia.” Dengan cara menyerang, Romney menyangka dia MENANG TELAK.

Pengamat, mass media dan masyarakat ternyata punya penilaian lain, Romney dianggap tidak menghormati lawan debatnya. Kalau bahasa halusnya “KURANG AJAR” atau “TIDAK BERADAB.”

Konotasi dari kurang ajar adalah tidak dididik oleh orang tua secara baik dan benar.

Pada debat pertama Capres Indonesia bulan Januari 2019, hampir semua koran asing, termasuk Singapura, Hong Kong dan Australia memuji penampilan Sandiaga Uno. Ada juga yang memuji Jokowi, terutama dalam penguasaan “policies” yang sudah beliau kerjakan.

Artinya apa? Pada debat pertama ada pujian dari masyarakat dunia, baik ke Prabowo-Sandi maupun ke Jokowi-Amin. Masyarakat dunia menghargai proses demokrasi yang sedang berjalan di negara yang kita cintai.

Pada debat kedua, saya membuat status di FB tepat setelah debat usai. Perasaan saya agak aneh. Sayapun teringat debat antara Obama dan Romney. Ada sesuatu yang JANGGAL saat debat: Jokowi mati matian menyudutkan lawan. Dia tak pernah satu katapun mengakui bahwa ada KESALAHAN dalam menjalankan “policy.”

Jokowi beranggapan bahwa Prabowo dan rakyat Indonesia BODOH semua. Apa yang dia kerjakan adalah HEBAT, tanpa CACAT dan Cela. Berulang ulang dia mengungkapkan kata: “ agar diketahui semua ya…..” Seolah olah semua rakyat harus mengakui dan berterima kasih atas apa yang sudah dilakukannya.

Perasaan saya ternyata benar, setelah 12 jam debat usai, hampir semua media internasional memakai kata atau kalimat SERAM, diantaranya:
- Clash on economic issues (bentrok masalah ekonomi): The Straits Times
-Lies (Bohong): Coconuts
-Debate so boring (debat yang membosankan): The Canberra Times
-Millions hectares of deforestation and mangrove disappearing (jutaan hektar hilangnya hutan dan mangrove): Reuters
-anti-farmer policies (kebijaksanaan anti petani): Bloomberg

Uniknya, satu media yaitu ABC (Australia) MEMUJI capres Prabowo, kira kira katanya:” Dengan cara menghargai lawan debat, Prabowo Subianto mendapat simpati dari netizens.”

Harap maklum bahwa Prabowo Subianto berasal dari keluarga yang terdidik dan terhormat di negeri ini:
-Kakeknya adalah Founding Father, bersama Sukarno dan Hatta membidani kemerdekaan RI
-Dua pamannya GUGUR sebagai pahlawan memperjuangkan kemerdekaan RI
-Ayahnya adalah arsitek pembangunan ekonomi yang pernah mengantarkan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 11%

# Bagaimana pula dengan kakek dan ayah Jokowi?

Saturday, February 16, 2019

Pilpres 2019- Jokowi Untung, Petani Tebu Buntung

Ilustrasi, credit Egrafis

Uang “fee” untuk impor gula saja “sampai” sebesar Rp4,5 Triliun (silahkan baca semua media nasional, diantaranya dari kantor berita resmi pemerintah, ANTARA, 28 September 2016 dan Detik, 13 Februari 2019).

Masuk ke saku siapa uang fee tersebut?
-Tentu saja ke yang memberi izin impor.

Siapa yang menyetujui pemberian IZIN impor?
-Pada debat pilpres pertama, Jokowi MENGAKU dengan BANGGA bahwa dialah yang memberi izin impor!

Bagaimana dengan ribuan item izin impor lain? Ya, setali tiga uang: fee masuk ke saku Jokowi!!

NGERTI nggak? Kenapa majalah “investing” memperkirakan KEKAYAAN presiden Jokowi sebesar Rp200 Triliun. Presiden paling SERAKAH sejak Indonesia merdeka.

Ada BERIBU alasan untuk impor, agar rakyat yang DUNGU (meminjam kata Rocky Gerung) bisa semakin DUNGU dan mati matian membela Jokowi. Diantara alasan itu adalah (dilontarkan Jokowi sambil tidur tiduran menghitung duit fee):
-Menstabilkan harga
-Petani nggak usah capek capek bertani, kasihan
-Pekerjaan lain lebih baik daripada menjadi petani
-Lah, wong, aku nggak anak petani aja bisa jadi presiden kok! Dst...dsb….

Pokoknya beribu ribu alasan bisa diberikan, bahkan jutaan alasanpun bisa ditelurkan dan ditetaskan oleh Jokowi!

Tahukah anda, apa akibat negatif dengan impor? Diantaranya adalah sbb:

1) Petani Indonesia rugi triliunan rupiah, karena hasil panen mereka tak bisa dijual
2) Jokowi membesarkan petani Thailand, karena produk Thailand diserap oleh pasar Indonesia
3) Untuk impor diperlukan devisa, otomatis cadangan devisa kita berkurang
4) Akibat impor yang terlalu besar, maka trade deficit kita juga gede.
5) Trade deficit gede, diantara sebab kenapa rupiah kita terus anjlok.

Bisa satu buku kalau mau ditulis efek negatif dari impor. Terlalu banyak implikasi utama maupun kaitannya.

Nah, debat kedua capres 17 April 2019, diantara temanya soal ketahanan pangan. Apakah masih sama alasan Jokowi untuk melakukan impor seperti di atas?

Apapun alasannya semakin MEMBUKTIKAN bahwa Jokowi hanya MEMENTINGKAN dirinya sendiri!!

Tuesday, February 12, 2019

Pilpres 2019- Bisakah Prabowo-Sandi Meningkatkan Pertumbuhan di Atas 7%?

Pertumbuhan Ekonomi tahun 2015-2016, credit to Market Realist

Sudah kita ketahui bersama, “janji” Jokowi tentang pertumbuhan ekonomi 7%, tinggal mimpi saja. Beliau GAGAL memenuhi janjinya.

Apakah Prabowo-Sandi bisa mencapai angka pertumbuhan di atas 7%? Jawabnya “BISA.” Apakah ini JANJI?. Tidak, bukan janji. PROGRAM KERJA namanya. Beda jauh dengan janji. Bagaimana cara mencapainya?

Sebelum saya jawab pertanyaan di atas, ada baiknya saya memberi ilustrasi tentang pertumbuhan ekonomi yang pernah dicapai oleh presiden Suharto.

Selama 13 tahun pertama pemerintahan Suharto (1968-1981), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka 7%. Kemudian, selama 3 tahun (1998-1991) pertumbuhan ekonomi mencapai angka 9%. Tahun 1968 sebesar 11% dan 10% pada tahun 1980.

Pencapaian presiden Suharto dianggap keajaiban dunia. Tak ada presiden di muka bumi ini pernah menyamai PRESTASI presiden Suharto. TIDAK ADA.

Tak usahkan mau menyamai prestasi Suharto, MENGIGAU saja, Jokowi cuma berani 7%. Ternyata hanya sekedar MENGIGAU saja. Kata teman saya sambil bergurau:”jenderal BINTANG LIMA dipundak, kok mau dilawan?. Mau modar apa?”

Ilustrasi kedua adalah pertumbuhan ekonomi di era Donald Trump. Di era presiden Obama pertumbuhan ekonomi Amerika sebesar 1,88%, sedangkan pertumbuhan ekonomi dibawah Donald Trump sebesar 3,4%.

Angka 3,4% ini tertinggi diantara negara negara industri lainnya: Jepang (1,7%), UK (1,8%) dan Canada (3%). Dari anggka 1,88% (Obama) ke angka 3,4% (Donald Trump) terjadi kenaikan lebih dari 80%.

Hal ini bisa terjadi karena Donald Trump menurunkan tax rate, baik untuk perusahaan maupun individu.

Program kerja Prabowo-Sandi adalah menurunkan angka “corporate tax” (25%) dan personal income tax (30%). Angka ini termasuk tinggi dibandingkan dengan negara tetangga, dan akan diturunkan sekitar 5% dan 8%. Berdasarkan ilustrasi dari kebijaksanaan Donald Trump di atas, maka penurunan “tax rate” akan meningkatkan pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi tinggi, juga berarti lapangan kerja. Saat ini, di Amerika Serikat, di mana mana terpampang iklan lowongan kerja. Angka pengangguran terendah dalam 50 tahun terakhir.

Sekali lagi, ini BUKAN JANJI, tapi program kerja. Bisa dilaksanakan oleh Prabowo-Sandi saat 100 hari pertama kerja! Akan ada “progress report” dan diskusi diskusi agar program kerja Prabowo-Sandi semakin baik dari tahun ke tahun.

# Sumber data: The World Bank dan The Brookings Institution

Thursday, February 7, 2019

Pilpres 2019- Apakah Prabowo-Sandi Sudah Unggul di Survei?

Hasil polling Prabowo-Sandi di Sumatra, credit to Didin

Sebelum saya jawab pertanyaan di atas, ada baiknya saya ungkapkan tanggapan survei dari teman Amerika dan Singapura.

Teman Amerika mengingatkan ada 3 lembaga survei “mainstream” yang dapat rapor merah, karena salah total ketika melakukan survei Pilakada DKI 2017, yaitu SMRC (Saiful Mujani Research Center), Indikator dan Charta Politika. Dia menambahkan empat lembaga survei, yaitu CSIS, Litbang Kompas, Polltracking, dan Populi Center “sangat diragukan” kredibelitas hasil surveinya.

Median adalah salah satu lembaga survei yang hasil surveinya dapat dipercayai saat Pilkada 2017 lalu.

Hasil survei dari lembaga survei mainstream bayaran yang menempatkan Jokowi unggul di atas 20% adalah meragukan sekaligus mencurigakan. Teman Amerika malah berspekulasi bahwa metode yang dipakai “selected” bukan “stratified random” sampling.

Apa itu “selected” random sampling? Di lain tulisan saja akan saya bahas

Kemudian, teman Singapura, selain bertanya tanya soal tidak cocoknya antara kondisi lapangan , kampanye Prabowo-Sandi yang tumpah ruah dengan “gap” hasil survei terlalu lebar (20%), juga sangat yakin akan ada “surprise” tanggal 17 April nanti.

Kembali ke pertanyaan: “Apakah Prabowo-Sandi Sudah Unggul di Survei?”

Berdasarkan hasil survei dari lembaga survei “Lesure,” ya, Prabowo-Sandi menang 51 – 49. Survei dilakukan dengan cara melakukan observasi 130 juta pengguna Youtube, Facebook, Instagram dan Twitter.

Hal ini didukung oleh hasil survei internal partai Gerindra yang menyatakan elektabilitas Prabowo-Sandi sudah di atas 2% dibandingkan Jokowi-Amin (RMOL, 5 Februari, 2019).

Pertanyaan berikutnya:”apakah saya percaya bahwa Prabowo-Sandi sudah UNGGUL?”

Berdasarkan pernyataan Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo, lembaga survei Median dan Lembaga survei Puskaptis di berbagai media bahwa jarak angka elektabilitas Prabowo-Sandi sudah semakin dekat.

Tergantung lembaga survei, jaraknya 1 digit atau di kisaran 4% sampai 9% (bukan 20% seperti yang dipublikasi lembaga survei mainstream yang dibayar).

Kemudian, berdasarkan info dan fakta yang ada, dapat disimpulkan:
1.Ada peningkatan elektabilitas Prabowo-Sandi, jaraknya semakin dekat dengan Jokowi-Amin.
2. Jika pilpres diadakan hari ini, maka siapa saja bisa MENANG!

Mari kita simak terus perkembangan pilpres sebagai bagian dari partisipasi membangun demokrasi!

Monday, February 4, 2019

Pilpres 2019- Pemimpin Negara Demokrasi Biasa Saja Dimaki, Presiden Kita CENGENG Tak Bertepi!

Foto Rahayu Saraswati dan Sandiaga Uno, credit to Fadhli

Ketika berkampanye di Jawa tengah akhir Januari, 2019 lalu, Sandiaga Uno melewati beberapa kabupaten diantaranya Wonogiri dan Pati, diteriaki oleh pendukung Jokowi-Ma’ruf. Respon spontan Sandiaga adalah melambaikan tangan dan tertawa kecil, sambil berkata:”sampaikan salam ke pak Jokowi.”

Saat ditanya wartawan, Jawaban Sandi sangat tidak diduga, dimana Sandiaga Uno malah merasa senang, karena ternyata pendukung presiden Jokowi mau ikut hadir di acara kampanyenya. Dan tentu saja kemudian dirangkul dan diajak makan!

Tak kalah menarik adalah jawaban Rahayu Saraswati atau lebih dikenal dengan Sara Djojohadikusumo ketika ditanya wartawan tentang teriakan pendukung Jokowi.

Apa jawaban Rahayu Saraswati? Teriakan pendukung Jokowi ke arah Sandi adalah bentuk dari ekpresi kebebasan menyampaikan pendadapat dan dilindungi oleh UU.

Luar Biasa…. Jawaban seperti inilah yang ditunggu oleh rakyat Indonesia. Demokratis dan menyejukkan!

Tahukah anda, kalau hearing di parlemen di negara Inggris, Perdana Menteri bisa dicaci maki dan itu disiarkan secara langsung oleh TV, tanpa ada editan?

Di Amerika pun begitu, kalau hearing dengan Menteri kabinet, anggota kongres dengan enteng saja mengatakan:”anda TIDAK becus bekerja.” Dan juga disiarkan secara langsung oleh TV, tanpa editan. Selain “dimaki,” tak jarang menteri diancam akan dijebloskan ke penjara jika TIDAK BECUS melayani rakyat !

Ahmad Dhani masuk penjara di era presiden Jokowi

Di negara kita?

Presiden hampir setiap hari “berkeluh kesah” dan CENGENG CENGENGAN:
-bahwa dia dicaci maki,
-bahwa dia dituduh anak PKI,
-bahwa banyak cerita hoax tentang dirinya

Pak presiden Republik Indonesia! Anda adalah kepala negara, sekaligus panglima TERTINGGI. Ada 5 orang bintang 4 dibawah anda! Apakah anda TIDAK MALU dengan watak CENGENG anda?

Rakyat ingin rasa aman dan perlindungan dalam berdemokrasi, bukanya dijebloskan ke dalam penjara karena menggunakan HAK HAK dalam berekspresi!

Tahukah anda bahwa memenjarakan orang yang menyampaikan pendapatnya hanya dilakukan oleh pemimpin komunis dan otoriter fasis seperti Lenin, Stalin, Mussolini, Hitler?