Sawan Fibrosis: Pilpres 2024
Showing posts with label Pilpres 2024. Show all posts
Showing posts with label Pilpres 2024. Show all posts

Thursday, October 20, 2022

Hanya SBY yang Bisa MENYAPU Bersih Suara Pulau JAWA

Sejak era Sukarno, semua ahli Indonesia di Amerika mengatakan, minimal punya tiga syarat untuk menjadi presiden RI: Pria, Islam dan Jawa.



Fig 01- SBY satu satunya yang bisa Menang di Jawa (credit to CNNI)

Di era pilpres langsung, SBY tidak hanya menang Pilpres 2004 dan 2009, tetapi juga satu satunya yang bisa MENYAPU bersih suara di pulau Jawa sampai detik ini.

Apakah karena SBY lelaki tulen?”

Sudah barang tentu. Yes, 100%

Apakah karena SBY Islam tulen?”

Pasti dong

Apakah karena SBY Jawa tulen?”

Wong, ngomongnya “medok” gitu kok……



Fig 02- Cactus, hanya ilustrasi

# Posting penting:



Fig 03- Bunga Magnolia, putih bersih

Bagaimana dengan yang di sebelahnya?”

Sebelah apaan?

Ya … sebelah SBY dong.”

Jangan tanya tanya saya deh …. nanti saya …. eee

Terus …. saya mau tanya siapa?”

Ya, nggak tau …. bukan urusan saya.



Fig 04- Hiasan untuk hari Thanksgiving

Hanya untuk contoh, ini hasil Pilpres di Pulau Jawa antara SBY-JK Vs Mega-Hasyim tahun 2004:

- Jawa Timur: 12,15 juta (SBY-JK) Vs 8,22 juta (Mega-Hasyim)
- Jawa Tengah: 8,99 juta (SBY-JK) Vs 8,41 juta (Mega-Hasyim)
- Yogyakarta: 1,15 juta (SBY-JK) Vs 0,78 juta (Mega-Hasyim)
- Jawa Barat: 13,19 juta (SBY-JK) Vs 7,83 juta (Mega-Hasyim)
- Banten: 2,91 juta (SBY-JK) Vs 1,73 juta (Mega-Hasyim)
- Jakarta: 3,39 juta (SBY-JK) Vs 1,51 juta (Mega-Hasyim)

Megawati sang incumbent berpasangan dengan Hasyim Muzadi yang saat itu adalah ketua PB NU.

Sebenarnya Mega-Hasyim adalah pasangan yang sangat dikjaya, tetapi bisa ditaklukkan oleh SBY-JK yang “dipecat” Megawati sebagai anggota kabinet.

# Posting sebelumnya:

Friday, October 7, 2022

Siapapun Capres Dukungan PKS dan JK Akan MENANG di SINI

Dalam 4 (empat) kali Pilpres langsung selama REFORMASI, ada beberapa fakta fakta MENARIK yang terjadi.



Fig 01- PKS pernah dukung PS dan SBY, sementara itu Jusuf Kalla 
(JK) pernah dukung PS, SBY dan Jokowi (credit to RMOL).

Capres yang didukung oleh PKS, yaitu SBY dan Prabowo Subianto MENANG di Propinsi Jawa Barat dan Banten.

Bahkan, ketika tahun 2019 yang dihadapi adalah “incumbent,” sedang JAYA di puncak kekuasaan.

Kononnya menurut Washington Post (2019) sang “incumbent” menggelontorkan dana dalam jumlah puluhan triliun rupiah agar MENANG di Jabar dan Banten.

Bahkan sang incumbent didampingi putra daerah Banten. Bahkan lagi, gubernur Jabar sangat mendukung incumbent.



Fig 02- Lukisan bunga Magnolis

# Posting penting:



Fig 03- Kolam di neighborhood

Fakta adalah, meskipun seandainya langit runtuh, tetap capres dukungan PKS menang di Jawa Barat dan Banten.

Sementara itu, siapapun Capres yang didukung oleh Jusuf Kalla, yaitu SBY tahun 2004, Jokowi tahun 2014 dan Prabowo Subianto tahun 2019, MENANG telak di Propinsi Sulawesi Selatan.

Apakah fakta fakta ini Tidak Luar Biasa?

Terus, apa implikasinya untuk Anies Baswedan pada Pilpres 2024?



Fig 04- Aneka bunga di sudut halaman

Jika fakta Luar biasa ini juga “terjadi” di pilpres 2024, maka potensi suara yang akan didapat oleh Anies Baswedan SANGAT besar.

Tambahan pula, setiap polling di DKI Jakarta, Anies Baswedan TIDAK tertandingi.

Tambahan yang lain, Anies Baswedan yang dilahirkan di Jawa Barat, kemudian dibesarkan di Jogyakarta, dan juga pernah “mengabdikan” dirinya di kota gudeg ini berpotensi besar untuk meraup suara di sini.

Sampai detik ini, hanya Anies Baswedan capres yang “lancar” 3 bahasa: Jawa, Indonesia dan Inggris. Sedikit bahasa Arab sepertinya.



Fig 05- Salah satu rute jalan pagi.

Dengan bahasa Jawa yang eksennya “medok” serta dikombinasikan dengan bahasa Arab, pasti akan menyebabkan para santri di tiga Jawa (Jateng, Jatim dan Jogya) akan terkaget kaget mendengarkan kampanye Anies Baswedan.

Dari Sumatra, berdasarkan jejak digital, dukungan DPW dari berbagai parpol terus mengalir ke Anies, diantaranya dari Aceh, Sumbar, Jambi dan Riau.

Secara garis besar potensi suara yang bisa diraup Anies Baswedan paling tidak 100 juta suara.

Potensi suara ini, belum termasuk jika Anies Baswedan sudah memiliki wapres.

Pembaca tentu sekarang makin faham, kenapa Anies berusaha “dijegal,” dan partai Gerindra sekarang teriak teriak dalam kerisauan.

# Posting sebelumnya:

Monday, August 29, 2022

Hasrat Jokowi 3 Periode yang Tidak Kunjung Padam

Saya melihat keinginan Jokowi untuk 3 periode dari sisi Puan Maharani (Megawati), sementara Rocky Gerung (pejuang demokrasi Indonesia) melihat dari sisi Jokowi.



Fig 01- Keinginan jelas Jokowi untuk 3 periode.

Sudah berkali kali saya “komen” tentang Jokowi 3 periode ditentukan oleh Puan dan Megawati, terakhir tanggal 21 Agustus 2022, minggu lalu.

“…. kalau Puan Maharani merasa terpojok, sangat mungkin dia akan berbalik arah mendukung Jokowi 3 periode.... # lebih aman menjadi Wapres Jokowi ….”

Sementara Rocky Gerung, ketika ada pernyataan Jokowi bulan Mei 2022, sekitar 4 bulan lalu yang berbunyi:”….. Ojo Kesusu …..” langsung menterjemahkannya sebagai “Keinginan KUAT Jokowi untuk 3 periode.”

Bukan dukungan Jokowi terhadap Ganjar Pranowo. Tidak sama sekali.

Terus?



Fig 02- Jokowi, Megawati dan Puan (credit to BeritaSatu)

# Posting penting:



Fig 03- Outlet Levis, luar kota

Intinya bahwa keinginan untuk 3 periode itu memang dari Jokowi, dan hasrat bisa terwujud jika disetujui oleh Megawati.

Pemahaman dan spekulasi berikutnya adalah jika posisi Puan “terjepit,” yang diindikasikan oleh:

- rendahnya “polling” atau tidak konsisten masuk 5 besar.
- kurang dapat dukungan suara dari bawah, setelah kunjungan seluruh Indonesia.

Sehingga, Puan Maharani tidak punya pilihan TERBAIK lain, kecuali menjadi Wapres Jokowi.

Maka, Sim Salabim…. Adakadabra!!

# Posting sebelumnya:

Sunday, August 21, 2022

Apakah Anies Baswedan akan Bernasib Sama Seperti Gatot Nurmantyo?

Beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 1 Juni 2022, ada komen saya di medsos tentang Anies Baswedan.



Fig 01- Masa jabatan Anies Baswedan (credit to Liputan 6).

Kutipan komen tersebut:”Masa jabatan Anies Baswedan akan berakhir bulan Oktober tanun ini, 2022..... # Pilpres itu berlangsung tahun 2024..... ngapain Anies sepanjang tahun 2022 sampai 2024?”

Kemudian saya lanjutkan:”Hasil polling Anies Baswedan biasa biasa saja..... bahkan kesulitan untuk berada di puncak..... # kenapa posisi Capres PDIP harus diberikan ke Anies?..... dia bisa dikalahkan oleh siapa saja.”

Bukan hanya Anies, bahkan Prabowo dan Ganjar atau Ridwan Kamil bisa “dikalahkan,” sekaligus juga punya peluang sama untuk “menang.”

Kenapa?



Fig 02- Topeng, hanya ilustrasi

# Posting informatif:



Fig 03- Kerumunan, hanya ilustrasi

Pertama, posisi capres di polling selalu “gonta ganti,” TIDAK ada seorang caprespun konsisten berada di posisi 1, 2, 3, 4 atau 5.

Di suatu polling berada di posisi dua misalnya, tetapi di polling yang lain bisa berada di posisi 1 atau bahkan “tercampak” keluar dari top 3.

Kedua, masih dalam kontek polling, terutama tahun 2014, tidak ada yang seperti presiden Jokowi yang selalu berada di posisi 1 dan memimpin “double digit” di setiap polling yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga survei.

Bahkan, di suatu survei, Jokowi pernah mencapai angka “magic number,” yaitu 51%, sementara lawan terdekatnya cuma 26%. Sisa 23% terbagi kepada beberapa capres.



Fig 04- Hanya ilustrasi

# Mengingat kembali:



Fig 05- Kehijauan di sebuah sudut

Kondisi polling Jokowi menyebabkan Aburizal Bakri, ketum Golkar saat itu memilih “mundur” menjadi capres 2014. Diikuti oleh capres lainnya, kecuali Prabowo Subianto.

Kemudian, apa hubungan antara nasib Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo?

Ketika masih memegang jabatan formil sebagai Pangab ABRI, nama Gatot Nurmantyo selalu disebut sebut sebagai presiden setelah Jokowi. Di polling, beliau berada di posisi puncak atau top 3.



Fig 06- Peringatan tidak membuang sampah di danau

Setelah pensiun, pelan pelan nama Gatot menghilang, beliau muncul hanya ketika peringatan G30S PKI.

Sekarang?

Nama Gatot sudah tidak disebut sebut sebagai capres potensial partai apapun. Di setiap hasil polling yang saya amati, nama Gatot hanya sekali masuk top 10 dalam 3 bulan terakhir.

Bagaimana dengan Anies Baswedan?

Mari kita amati hasil polling setelah 3 bulan atau 6 bulan Anies Baswedan tidak menjabat gubernur DKI. Apakah lebih baik dari Gatot Nurmantyo?

# Posting sebelumnya:

Friday, July 8, 2022

Semua Presiden Indonesia adalah Kader Partai Politik

Sejak Indonesia merdeka, 1945 sampai hari ini, semua presiden Indonesia yang jumlahnya 7 (tujuh) orang adalah kader partai politik.

Tidak percaya?



Fig 01- Tujuh presiden Indonesia (credit to Solopos)

Mari kita simak satu persatu:

1) Sukarno, kader PNI (Partai Nasional Indonesia)
2) Suharto, kader Golkar
3) BJ Habibie, kader Golkar
4) Abdul Rahman Wahid, kader PKB (Partai Kebangkitan Bangsa)
5) Megawati Sukarno Putri, kader PDI-P
6) SBY, kader partai Demokrat
7) Joko Widodo, kader PDI-P



Fig 02- Bunga liar, hanya ilustrasi

Bagaimana dengan negara lain seperti Amerika Serikat?

Semua presiden Amerika Serikat adalah kader partai politik, kalau tidak Demorat, ya, partai Republik.

Kekecualian hanya terjadi pada George Washington, presiden pertama, karena dia ingin rakyat Amerika Serikat bersatu padu sebagai negara yang baru merdeka.



Fig 03- Ranting dan bunga merah

Dan apa implikasinya dalam Pilpres Indonesia 2024?

Ya, jelas ada dong, yang akan jadi Capres dan Presiden 2024, Insya Allah akan datang dari kader partai politik.



Fig 04- Bunga Plumbago, sedang mekar

Sudah jelas, koalisi Gerindra dan PKB AKAN mengusung kader partai politik, Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar.

Idem dito, terang benderang, PDI-P juga akan mengusung kadernya sebagai Capres, apakah Puan Maharani atau Ganjar Pranowo.

Partai partai lain?

Masih morat marit, kalang kabut dan tunggang langgang menentukan koalisi dan mengusung Capres dan Cawapres 2024.

Ujung ujungnya bisa saja berlabuh di PDI-P atau malah “mengemis” ke Gerindra dan PKB yang sudah punya jago. Siapa takut?

# Posting sebelumnya:

Tuesday, June 7, 2022

Puan Maharani Lebih Populer Setelah Menggebuk Ganjar Pranowo

Menurut survei yang dilakukan oleh Indonesia Political Opinion (IPO) baru baru ini bahwa Puan Maharani lebih populer dari Ganjar Pranowo.



Fig 01- Foto selfie Puan dan Anies

Hal ini tidak bisa dilepaskan dari efek “gebukan” Puan terhadap Ganjar berkali kali, mulai dari soal kasus Wadas sampai ke masalah kemiskinan di Jawa Tengah.

Untuk kasus Wadas, bisa dibaca posting sebelumnya:

Kemudian, apa maknanya untuk perpolitikan Indonesia?



Fig 02- Jateng Miskin, kata Puan (credit to Keuangan News)

Pertama, rakyat mulai mengamati gerak gerik politisi secara seksama. Pilah pilah, dan kemudian ketika akan menentukan pilihan di Pilpres 2024 yang dilihat diantaranya adalah faktor faktor:

- prestasi, bukan semata mata pencitraan saja.
- visi ke depan Indonesia, apakah akan tetap menjadi bangsa kuli atau tuan.

Tentu, banyak sekali faktor faktor lainnya yang juga akan menjadi pertimbangan seperti kedekatan kultur, dari partai mana dan sebagainya.

Dan masih belum bisa dilepas dari faktor UANG.



Fig 03- Buah liar, hanya ilustrasi

Kedua, sampai hari ini, berdasarkan hasil survei dari semua lembaga survei, belum ada capres yang meyakinkan.

Top 3 atau top 5 elektabilitas capres masih saling bergonta ganti. Belum ada yang memimpin “double digit” seperti Jokowi di pilpres 2014. Semuanya berpeluang untuk menang di 2024 nanti.

Ketiga, hasil survei Puan lebih populer dari Ganjar semakin memantapkan pengurus PDIP pusat untuk “mengelus” Puan Maharani sebagai Capres dari PDIP tahun 2024.

Mari kita tunggu perkembangan berikutnya!

# Posting sebelumnya:

Thursday, May 26, 2022

Erick Thohir dan Ridwan Kamil Punya Potensi Suara Terbesar di Pilpres 2024

Berkenaan dengan “peluang” Erick Thohir di capres 2024, bisa anda baca dua posting sebelumnya:

- Erick Thohir - Top 3 Capres 2024 Pilihan Warga NU

- Erick Thohir dan Gibran Rakabuming – Pepeng, Jawa dan Nama Arab



Fig 01- Ridwan Kamil dan Erick Thohir (credit to Setneg Wapres)

Jika mereka (Erick - Ridwan) bersanding di Pilpres 2024, maka secara angka, mereka berpotensi meraup suara TERBESAR.

Potensi suaranya sebesar: 119 (Seratus Sembilan Belas) juta suara.

Bandingkan dengan jumlah penduduk di 3 Jawa (Jateng, Jatim dan Jogyakarta) yang hanya sebesar 82 (Delapan Puluh Dua) juta jiwa.

Bagaimana jalan ceritanya dan bagaimana pula datangnya angka angka tersebut?



Fig 02- Sampul sebuah novel, hanya ilustrasi

Pertama, Erick Thohir berasal dari Sumatra, dan masih pagi buta sudah ada kepala daerah di Sumatra yang bersedia menjadi tim sukses.

Sejak Indonesia merdeka, BELUM ada putra asal Sumatra yang jadi presiden Indonesia. Bahkan di era reformasi, belum ada yang jadi wakil presiden.



Fig 03- Bunga Gardenia di belakang rumah.

Kedua, senasib dengan Sumatra, putra daerah Jawa Barat juga BELUM pernah memegang jabatan presiden. Idem dito, belum ada yang jadi wakil presiden di era reformasi.

Benar, wapres Makruf berasal dari Banten, punya kedekatan kultur dengan Jabar, tapi beliau TIDAK pernah mengabdi sebagai pejabat publik yang dipilih oleh masyarakat Jabar.

Toh, beliau berasal dari Banten.



Fig 04- Hanya sekedar ilustrasi

Memang sudah ada presiden dari luar Jawa, yaitu BJ Habibie. Tapi, beliau bukan dipilih. Hanya menggantikan posisi Suharto yang mengundurkan diri.



Fig 05- Jagung, siap dibakar

Ketiga, potensi suara 119 juta itu datangnya dari 3 lokasi dengan jumlah penduduk sebagai berikut:

- Sumatra, 59 juta jiwa
- Jabar, 48 juta jiwa
- Banten, 12 juta jiwa



Fig 06- Harga barang konsumsi yang terus menjulang

Seandainya, Erick Thohir dan Ridwan Kamil memiliki tim sukses yang di dalamnya ada pakar komunikasi.

Dan kemudian, pakar komunikasi tersebut mensosialisasikan serta mengkomunikasikan ke rakyat 3 lokasi di atas, ada kemungkinan rakyat akan berapi api dan “all out” untuk memenangkan pasangan ini.

Siapapun capres yang datangnya dari 3 Jawa (Jateng, Jatim, Jogyakarta) akan berhadapan dengan BADAI raksasa. Bisa pontang panting di Pilpres 2024.

Selain dari 3 lokasi, apakah Erick dan Ridwan berpeluang meraup suara dari lokasi lain?

# Posting sebelumnya: