Sawan Fibrosis: Cerpen
Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Monday, February 17, 2020

Menggunakan Kekuatan Tenaga – Cerpen 2 – bagian 4

Hanya ilustrasi (ABSFreePic)

Sebelum membaca bagian 4 (terakhir) ini, sebaiknya membaca bagian 1, 2 dan 3 terlebih dulu:

Letakkan si kecil di pangkuanmu, perintahku, dan pegang kuat kuat kedua lengannya. Tetapi, si anak serta merta berteriak.

Jangan sakiti aku. Lepaskan kedua tanganku. Lepaskan….. Kemudian menjerit ketakutan dengan histeris. Hentikan! Hentikan! Engkau membunuhku!

Dokter! Kamu pikir dia bisa tahan? Gumam si emak

Kamu sebaiknya keluar, kata suami ke istri. Apakah kamu mau anakmu mati karena difteri?

Hayo, sekarang pegang dia, kataku.

Kemudian, aku memegang kepala anak itu dengan tangan kiri dan coba memasukkan penekan lidah terbuat dari kayu diantara giginya.

Dia melawan dengan mengatup gigi sekuat tenaga! Sekarang aku mulai marah kepada si anak. Aku berusaha tenang, tapi sepertinya tak bisa.

Sebenarnya aku tahu cara membuka tenggorokan untuk diperiksa. Aku telah berbuat yang terbaik.

Ketika spatula (sudip) kayu menyentuh gigi terakhir dan menyentuh rongga mulut, si kecil membuka mulutnya secara tiba tiba, tetapi sebelum aku bisa melihat apapun dia menutup lagi dan menggigit kayu spatula dengan gigi graham sehingga kayu spatula pecah sebelum aku menariknya keluar dari mulut si kecil.

Apakah kamu tak malu, teriak si emak. Tidakkah kamu malu bertingkah seperti itu di depan dokter?

Beri aku sendok, katuku ke emak anak itu. Kita akan lakukan sampai bisa. Mulut si anak sudah kelihatan berdarah. Lidahnya terluka dan dia berteriak teriak histeris.

Barangkali, aku mesti berhenti dan datang kembali setelah sejam atau lebih. Tak diragukan, hasilnya akan lebih baik.

Tapi, aku telah menyaksikan paling tidak dua anak kecil yang mati karena sakit ini, dan perasaan aku mesti mendiagnosanya sekarang atau tidak sama sekali.

Anak degil ini harus dilindungi dari kebodohannya, aku berkata pada diriku sendiri pada saat saat genting seperti ini.

Pikiranku benar secara sosial. Tapi, sebenarnya sebagai orang dewasa aku malu juga dengan kelakuan si anak. Namun demikian kemarahanku akhirnya pelan pelan reda.

Dengan sekuat tenaga aku cekik leher si anak, aku dorong sendok perak sampai ke belakang gigi paling belakang dan kebawah tenggorokan sampai dia muntah.

Astaga….. benar…. Kedua tonsil (amandel) telah tertutup oleh semacam selimut (lendir). Bakteri telah berkembang biak di sana.

Ternyata dia mati matian menyerangku untuk menutupi rahasia kondisi sebenar. Tenggorokannya telah sakit selama tiga hari.

Air matanya menetes, marah, karena aku telah berhasil memaksa membuka mulutnya, dan mengetahui rahasianya.

# Selesai.
Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli: The Use of Force oleh William Carlos Williams. Cerpen ini dikarang sebelum tahun 1963. 

Wednesday, February 5, 2020

Menggunakan Kekuatan Tenaga – Cerpen 2 – bagian 3

Hanya ilustrasi (credit to best-wallpaper)

Sebelum membaca bagian 3 ini, sebaiknya membaca bagian 1 dan 2 terlebih dulu:

Kedua orang tua malu besar dan kemudian minta maaf. "Sikapmu jelek," kata si emak, merenggut dan mengguncang tubuh anak kecil itu dengan satu tangan. Pikir, apa yang telah kau lakukan pada bapak (dokter) yang baik......

Demi tuhan, kataku. Jangan sebut aku orang baik padanya. Aku datang ke sini hanya untuk memeriksa tenggorokannya yang mungkin sakit “diptheria” dan bisa saja mati karenanya. Tapi kata kataku tak mempengaruhi si bocah sama sekali.

Lihat ke sini, kataku kepada anak perempuan itu, kita akan memeriksa tenggorokanmu. Kamu cukup berumur untuk memahami apa yang aku katakan. 

Akankah kamu membuka mulutmu atau apakah kami yang akan memaksa membukanya?

Tidak bergerak. Bahkan ekspresi wajahnya tidak berubah. Pernafasan gadis itu terdengar cepat dan semakin cepat.

Perjuangan kemudian dimulai. Aku harus melakukan. Aku harus membuka tenggorakan demi perlindungan terhadap diri gadis kecil itu sendiri.

Tapi, pertama, terlebih dulu aku katakan kepada kedua orang tua si kecil bahwa semuanya tergantung pada mereka.

Aku jelaskan bahaya (sakit si kecil), kemudian mengatakan bahwa aku tidak akan memaksa untuk mendiagnosa tenggorokan anak mereka sepanjang mereka mau bertanggung jawab terhadap sakit si anak.

Jika kamu tidak melakukan apa yang diminta dokter, kamu harus ke rumah sakit,” emak menegur anaknya dengan keras.

Oh ya? Aku tersenyum sendiri. Akhirnya, aku menyukai bocah degil itu, kedua orang tua yang merasa terhina karena kelakuan si anak.

Dalam perjuangan berikutnya, kedua orang tua semakin merasa terhina, hancur perasaan dan lelah, sementara itu si bocah kelihatan marah tak beralasan dalam upaya untuk menterorku.

Sang ayah mencoba yang terbaik, dan dia berbadan besar tapi adalah sebuah kenyataan si bocah anaknya sendiri, dia malu dengan tingkah si anak dan si ayah takut menyakiti, menyebabkan dia melepaskan pegangan saat kritis ketika aku hampir saja sukses, hal ini membuatku “hampir” membunuh si ayah.

Ayah juga ketakutan bahwa anaknya kemungkinan mengidap diphtheria, telah menyebabkan dia mengatakan kepadaku lanjutkan, lanjutkan meskipun dia hampir pingsan.

Sementara si emak maju mundur di belakang kami, mengangkat dan menurunkan kedua tangan dalam kesedihan dan ketakutan.

# Bersambung ke bagian 4
Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli: The Use of Force oleh William Carlos Williams.

Cerpen ini dikarang sebelum tahun 1963. 

Sunday, January 26, 2020

Menggunakan Kekuatan Tenaga – Cerpen 2 – bagian 2

Boneka, hanya ilustrasi (credit to Etsy)

Sebagai seorang dokter, aku selalu memulai diagnosa dari kondisi tertentu: Apakah dia mengatakan sakit tenggorokan?

Orang tuanya serentak menjawab tidak.... tidak... Si anak mengatakan tidak sakit tenggorokan.

Apakah tenggorokanmu sakit? Tambah si emak ke anak. Tapi ekspresi wajah gadis kecil itu tidak berubah.

Sudah kamu cek dengan mengobservasi langsung?

Saya telah mencoba, kata si emak, tapi tak melihat apapun.

Saat kejadian, ada sejumlah kasus "diptheria" di bulan terakhir ketika si anak bersekolah dan kami telah menduga duga bahwa si anak terjangkit, meskipun tak seorangpun mengatakan hal yang sama. 

Baiklah, kataku, kita periksa tenggorokan dulu. Aku tersenyum dengan cara seorang dokter profesional dan bertanya nama si anak. Ayo, Mathilda, buka mulutmu dan kita lihat tenggorokanmu.

Tak terjadi apa apa.

Aw, ayo, aku membujuk, coba buka mulut agar aku bisa memeriksa tenggorokanmu.

Lihat, kataku dengan membuka kedua tangan lebar lebar, tidak ada sesuatu apapun di tanganku. Ayo buka, dan biar aku periksa.

Emak si anak berujar, ayo, betapa baiknya dokter denganmu. Buka mulut, seperti yang dia katakan padamu. Dokter takkan menyakitimu.

Aku cemas dengan gigi gemertak pelan. Jika tidak ada kata “menyakitimu,” aku mungkin telah memaksa anak perempuan itu.

Tapi, aku tak perlu terburu buru, bicara dengan lembut dan pelan terus membujuk si anak.

Saat aku menggerakkan kursiku agak sedikit mendekat, tiba tiba dengan gerakan seperti kucing, kedua tangan si anak berusaha mencakar mataku, dan hampir saja usahanya mengenai sasaran.

Kacamataku tersentuh dan melayang beberapa meter dariku, kemudian jatuh di lantai dapur. Untungnya tidak pecah

# Bersambung ke bagian 3
Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli: The Use of Force oleh William Carlos Williams.
Cerpen ini dikarang sebelum tahun 1963.

Wednesday, January 15, 2020

Menggunakan Kekuatan Tenaga – Cerpen 2 – bagian 1

Illustrasi Boneka anak (credit to eBay)

Banyak pasien, tapi yang baru aku tangani adalah pasien bernama Olson.

Mohon secepatnya datang, putriku sangat menderita.”

Kutemui seorang ibu, kelihatan cemas, tapi sangat bersih dan dengan nada sedih bertanya: “apakah ini dokter?” Kemudian mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.

Mohon maafkan kami dokter, kami menaruhnya di dapur, karena hangat. Kadang kadang agak lembab di sini.

Anak yang sakit berbaju lengkap, duduk di pangkuan ayahnya dekat meja dapur. Si ayah mencoba untuk tegak, tapi gerakannya agak mengangguku, membuat jasku tersingkap, dan beberapa saat kemudian keadaan baru nyaman.

Aku melihat semua wajah cemas, menatapku dengan mata penuh curiga, tidak percaya. Sering, dalam kondisi seperti ini, mereka tidak mengatakan dengan jujur yang seharusnya mereka katakan.

Terserah aku untuk ngomong apa saja; karena mereka telah membayarku sejumlah uang, tiga dolar (Rp 52 ribu).

Si anak menggangguku dengan tubuh dingin, mata tak bergerak, dan wajahnya tidak ada ekspresi.

Tubuh dia seperti patung dan kelihatan diam, membisu; tidak tertarik dengan hal sekecil apapun, dan fisiknya kuat seperti sapi betina.

Tapi muka memerah, tarikan nafasnya cepat, sepertinya sadar bahwa dia menderita demam. Dia berambut pirang, lebat, luar biasa cantik.
Wajah anak seperti ini selalu menjadi model iklan dan fotonya menjadi salah satu penghias surat kabar minggu.

Sudah tiga hari demam, kata si ayah dan tidak mengetahui apa penyebabnya. Emaknya telah memberikan obat, seperti yang orang lain lakukan, tetapi demam semakin menjadi jadi.

Demam seperti ini sedang mewabah di lingkungan kami. Jadi, kami harap pak dokter men-diagnosanya, dan memberitahu kami sejauh apa parahnya.

# Bersambung ke bagian 2
Diterjemahkan dari judul asli: The Use of Force oleh William Carlos Williams.
Cerpen ini dikarang sebelum tahun 1963.

Wednesday, January 8, 2020

Cerita Tentang Jam – Cerpen 1 – bagian 3

Jam lukisan Salvador Dali

Baca bagian dua terlebih dulu: Cerita Tentang Jam – Cerpen 1 – bagian 2

Lepas! Lepas tubuh dan roh!

Josephine membungkuk ke pintu dengan bibirnya mendekat ke lubang kunci. “Louise, buka pintu! Mohon, buka pintu – engkau akan sakit.

Apa yang engkau lakukan Louise? Demi surga, buka pintu.”

Pergi. Aku takkan menyebabkan diriku sendiri jatuh sakit.” Tidak; dia telah menenggak minum yang dicampur ramuan, terlihat melalui lubang kunci pintu.

Minuman itu telah membuatnya gelisah. Hari hari musim semi dan panas telah menjadi miliknya sendiri.

Dia menarik nafas dalam doa pendek, berharap panjang usia. Barusan kemarin, dia berharap dengan gemetar bahwa usianya akan panjang.

Ny. Mallard (Louise) bangkit dan membuka pintu untuk adiknya. Terlihat kemenangan di mata, dan dia seperti seorang dewi kemenangan. 

Dia memeluk pinggang si adik, kemudian bersama sama meneruni anak tangga. Richard berdiri tegak menunggu mereka di bawah.

Seseorang membuka pintu depan dengan kunci duplikat. Dia adalah Brently Mallard, dari sebuah perjalanan jauh, kemudian masuk, membawa kopor kecil dan payung. 

Dia jauh dari tempat kejadian kecelakaan, dan bahkan tidak mengetahuinya sama sekali. Dia berdiri terkesima menatap jeritan tangis Josephine; sementara itu Richard bergerak cepat untuk menyelidik keadaan. 

Richard terlalu lamban ketika para dokter datang dan mengatakan bahwa Ny. Mallard telah mati karena serangan jantung – kematian indah.

# Selesai
Diterjemahkan dari judul asli: The Story of an Hour oleh Kate Chopin