Mereka yang kritis “dihardik, diancam bahkan dijebloskan ke penjara,” ternyata punya dampak yang LUAR BIASA.
Kondisi ini bukan hanya menyebabkan 1.000 (seribu) intelektual kritis yang hengkang dari Indonesia setiap tahun:
Ternyata, juga punya efek negatif terhadap kualitas SDM Indonesia secara keseluruhan.
IQ sebagai salah satu repsentatif dari kualitas SDM menempatkan Indonesia di rangking terakhir setara dengan Timor Leste di negara negara ASEAN.
Terus?
# Posting Penting:
- Bukan Sihir Bukan Sulap 3 - Dua Dari Tiga Pejabat Hartanya Meroket Saat Rakyat LAPAR
- Suharto Melunasi Hutang Sukarno dan Mencicil Hutang Belanda
- Janji Politik – Negara Ora Mikir Vs Negara Demokrasi
Orang yang punya IQ rendah, akan memiliki peliharaan yang punya IQ rendah juga.
Hanya contoh, jika dikritik soal pertumbuhan yang rendah, sehingga ketersediaan lapangan kerja rendah, berikutnya banyak pengangguran, tetapi yang dijawab adalah inflasi rendah.
Padahal semua orang tahu, kalau pertumbuhan ekonomi 1%, maka lapangan kerja yang tersedia antara 300 ribu sampai 500 ribu orang. Anggap saja 400 ribu lapangan kerja.
Artinya?
Jika pertumbuhan ekonomi meskipun cuma 5%, maka lapangan kerja yang tersedia semestinya 2 (dua) juta orang.
Dan diskusi semestinya:
Seolah olah kalau bicara inflasi rendah, persoalan menjadi beres serta merta!
Lagi lagi orang akan bertanya tanya: “untuk apa inflasi rendah, jika tidak punya pekerjaan, dan kemudian tidak punya daya beli?”
Itulah di negara yang IQ rendah. Pintarnya cuma mengalihkan persoalan, dan menghardik orang orang kritis pakai peliharaan yang ber IQ rendah!
# Posting sebelumnya:
- Ada Orang Bertanduk Setan di Kampung Ahok
- Ramai Ramai Meninggalkan Hong Kong – Dampaknya pada Pekerja Indonesia