Sawan Fibrosis: Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2

Saturday, May 30, 2020

Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2

Ilustrasi (credit to WHO EMRO).

Dia mengaku tertarik dengan hal semacam itu. Tapi, dia seorang hipokrit. Saat “pembantain” dunia ilmu pengetahuan oleh PM Margaret Thacher, apakah laboratoriumnya berkembang? Dia berpura pura sepertinya berkembang.

Virus punya sisi baik,” kata Les terus menerus. “Tentu, mereka selalu membunuh, di awalnya. Semua pathogen memang begitu. Tapi, pelan pelan terjadi perubahan. Apakah itu tubuh manusia berevolusi untuk mengeliminir ancaman atau...”

Oh, dia berhenti berkata, dan menyukai cara bicara begini.

Atau” … “atau kita akan mengakomodasi, berkompromi….bahkan menjadi aliansi”

Itulah yang selalu dikatakan oleh Les. Simbiosis. Dia menyukai kata bijak dari Margulis dan Thomas, dan bahkan Lovelock, untuk menarik simpati. Tapi, dia bersimpati bahkan pada HIV yang buas, kejam dan licik. Benar benar menakutkan.

Lihatlah, bagaimanakah HIV menyatu dengan DNA korbannya?” Dia sungguh menginspirasikan, kata Les.

Kemudian sang virus menunggu, sampai korbannya kemudian diserang oleh penyakit lain. Sel T inang mereplikasi diri, siap menghentikan penyakit yang menyerang, tapi karena “mesin kimia” mengambil alih peran DNA, hasilnya jumlah virus AIDS semakin melimpah.”

Jadi?” Kataku. “Kecuali itu retrovirus, begitulah cara hampir semua virus bekerja.”

Ya, tapi coba pikir, Forry. Bayangkan, apa yang terjadi bila, tanpa bisa dielakkan, virus AIDS menginfeksi seseorang yang genetik turunannya membuat dia lemah!”

Apa kamu pikir antibodi-nya ber-reaksi cukup cepat untuk menghentikan virus? Atau sel T mengeleminir serangan?”

Oh, Les seperti seorang patriot bila dia terangsang bicara.

Tidak. Tidak. Pikirkan!” katanya. “Maksudku kuat setelah infeksi. Setelah gen virus menyatu ke dalam chromosom. Hanya orang seperti ini punya gen untuk mencegah DNA merangsang sintesa virus. Tak ada virus baru. Tidak ada cell yang terganggu prosesnya. Orang itu menjadi kuat. Tapi sekarang dia punya DNA baru ...”

Hanya di dalam beberapa sel….”

Ya. Tapi, anggap ini adalah sel sex. Kemudian anggap dia ayah dari anak dengan “gamete” itu. Sekarang, setiap sel si anak memiliki gen kuat dan gen virus. Pikirkan itu, Forry.”

Ini adalah tipe baru manusia! Manusia yang tidak bisa dibunuh oleh AIDS. Dia punya semua genetik AIDS, bisa memproduksi semua protein aneh, menakjubkan…. Genome anak manusia itu dan turunannya lebih bervariasi….”

Aku bertanya tanya, kapan dia akan melaksanakan cara berfikir seperti ini. Apakah dia yakin bahwa cara ini pertama kali diterangkannya ke aku? Umumnya orang Inggris menghormati ilmu orang Amerika, tapi mereka berasumsi bahwa orang Amerika “pemalas” dari sisi philosophy ilmu. Tapi, Les sudah menjelaskan tehnik seperti ini beberapa minggu lalu, sekarang lebih banyak sumber bacaan dia sepertinya.

Maksudmu seperti gen yang bertanggung jawab terhadap beberapa tipe kanker yang dapat diturunkan?” Tanyaku secara Sarkastik. “Ada bukti bahwa beberapa oncogen, aslinya diselipkan kedalam genome manusia oleh virus, seperti pendapatmu. Orang sakit rematik mungkin mendapatkan sakitnya dengan proses seperti itu.”

Tepat. Virusnya musnah, tapi DNA mereka hidup, dalam tubuh kita!”

Les kemudian mengambil sebatang kapur dan kemudian menulis di papan tulis.

HARMLESS-→ KILLER!--> SURVIVABLE ILLNESS-->
INCONVENIENCE--> HARMLESS

Ini cara klasik untuk melihat bagaimna interaksi antara inang dan pathogen baru, khususnya virus. Setiap panah adalah perwakilan dari tahap mutasi dan seleksi adaptasi.”

Pertama, bentuk baru beberapa mikroorganisme yang tidak berbahaya meloncat dari inang sebelumnya, katakanlah monyet, ke inang seperti kita, manusia. Tentu saja, awalnya kita tidak memiliki daya tahan tubuh. Seperti penyakit Syphilis di Eropa pada abad 16, membunuh dalam sehari daripada bertahun tahun… sel tubuh tidak efisien melawan…. Akhirnya sang penyakit membunuh inangnya secara cepat.”

Kemudian, ada periode di mana baik inang dan penyakit berjuang untuk beradaptasi satu sama lain. Bisa seperti perang, bisa pula seperti proses saling bernegosiasi.”
         
# Bersambung.
Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli: The Giving Plague oleh David Brin
Cerpen ini adalah pemenang kedua "Hugo Award."

12 comments:

  1. Menarik juga kisahnya Tentang sebuah virus yang akan mewabah pada sebuah tubuh manusia dan lingkungan sekitarya....Ok gw lanjut baca dari awal lagi.😊😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. siip...

      Thanks -
      Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2
      -
      Ilustrasi (credit to WHO EMRO).

      Dia mengaku tertarik dengan hal semacam itu. Tapi, dia seorang hipokrit. Saat “pembantain” dunia ilmu pengetahuan oleh PM Margaret Thacher, apakah laboratoriumnya berkembang? Dia berpura pura sepertinya berkembang.

      “Virus punya sisi baik,” kata Les terus menerus. “Tentu, mereka selalu membunuh, di awalnya. Semua pathogen memang begitu. Tapi, pelan pelan terjadi perubahan. Apakah itu tubuh manusia berevolusi untuk mengeliminir ancaman atau...”

      Oh, dia berhenti berkata, dan menyukai cara bicara begini.

      “Atau” … “atau kita akan mengakomodasi, berkompromi….bahkan menjadi aliansi”

      Itulah yang selalu dikatakan oleh Les. Simbiosis. Dia menyukai kata bijak dari Margulis dan Thomas, dan bahkan Lovelock, untuk menarik simpati. Tapi, dia bersimpati bahkan pada HIV yang buas, kejam dan licik. Benar benar menakutkan.

      “Lihatlah, bagaimanakah HIV menyatu dengan DNA korbannya?” Dia sungguh menginspirasikan, kata Les.

      “Kemudian sang virus menunggu, sampai korbannya kemudian diserang oleh penyakit lain. Sel T inang mereplikasi diri, siap menghentikan penyakit yang menyerang, tapi karena “mesin kimia” mengambil alih peran DNA, hasilnya jumlah virus AIDS semakin melimpah.”

      Delete
  2. Baca kisah ini bikin otakku berpikir lalu kepalaku ngangguk pelan2. Ya gimana jarang bgt mikirin virus, wqwqwq

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks -
      Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2
      -
      “Jadi?” Kataku. “Kecuali itu retrovirus, begitulah cara hampir semua virus bekerja.”

      “Ya, tapi coba pikir, Forry. Bayangkan, apa yang terjadi bila, tanpa bisa dielakkan, virus AIDS menginfeksi seseorang yang genetik turunannya membuat dia lemah!”

      “Apa kamu pikir antibodi-nya ber-reaksi cukup cepat untuk menghentikan virus? Atau sel T mengeleminir serangan?”

      Oh, Les seperti seorang patriot bila dia terangsang bicara.

      “Tidak. Tidak. Pikirkan!” katanya. “Maksudku kuat setelah infeksi. Setelah gen virus menyatu ke dalam chromosom. Hanya orang seperti ini punya gen untuk mencegah DNA merangsang sintesa virus. Tak ada virus baru. Tidak ada cell yang terganggu prosesnya. Orang itu menjadi kuat. Tapi sekarang dia punya DNA baru ...”

      “Hanya di dalam beberapa sel….”

      “Ya. Tapi, anggap ini adalah sel sex. Kemudian anggap dia ayah dari anak dengan “gamete” itu. Sekarang, setiap sel si anak memiliki gen kuat dan gen virus. Pikirkan itu, Forry.”

      “Ini adalah tipe baru manusia! Manusia yang tidak bisa dibunuh oleh AIDS. Dia punya semua genetik AIDS, bisa memproduksi semua protein aneh, menakjubkan…. Genome anak manusia itu dan turunannya lebih bervariasi….”

      Aku bertanya tanya, kapan dia akan melaksanakan cara berfikir seperti ini. Apakah dia yakin bahwa cara ini pertama kali diterangkannya ke aku? Umumnya orang Inggris menghormati ilmu orang Amerika, tapi mereka berasumsi bahwa orang Amerika “pemalas” dari sisi philosophy ilmu. Tapi, Les sudah menjelaskan tehnik seperti ini beberapa minggu lalu, sekarang lebih banyak sumber bacaan dia sepertinya.

      “Maksudmu seperti gen yang bertanggung jawab terhadap beberapa tipe kanker yang dapat diturunkan?” Tanyaku secara Sarkastik. “Ada bukti bahwa beberapa oncogen, aslinya diselipkan kedalam genome manusia oleh virus, seperti pendapatmu. Orang sakit rematik mungkin mendapatkan sakitnya dengan proses seperti itu.”

      “Tepat. Virusnya musnah, tapi DNA mereka hidup, dalam tubuh kita!”

      Les kemudian mengambil sebatang kapur dan kemudian menulis di papan tulis.

      HARMLESS-→ KILLER!--> SURVIVABLE ILLNESS-->
      INCONVENIENCE--> HARMLESS

      “Ini cara klasik untuk melihat bagaimna interaksi antara inang dan pathogen baru, khususnya virus. Setiap panah adalah perwakilan dari tahap mutasi dan seleksi adaptasi.”

      “Pertama, bentuk baru beberapa mikroorganisme yang tidak berbahaya meloncat dari inang sebelumnya, katakanlah monyet, ke inang seperti kita, manusia. Tentu saja, awalnya kita tidak memiliki daya tahan tubuh. Seperti penyakit Syphilis di Eropa pada abad 16, membunuh dalam sehari daripada bertahun tahun… sel tubuh tidak efisien melawan…. Akhirnya sang penyakit membunuh inangnya secara cepat.”

      “Kemudian, ada periode di mana baik inang dan penyakit berjuang untuk beradaptasi satu sama lain. Bisa seperti perang, bisa pula seperti proses saling bernegosiasi.”
               
      # Bersambung.
      Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli: The Giving Plague oleh David Brin
      Cerpen ini adalah pemenang kedua "Hugo Award."

      Delete
  3. Aku suka cara penyampaian ilmunya dibuat suatu cerita yang menarik.

    Orang awam yang ngga paham dunia medis jadi mudah mencerna apa yang disampaikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks -
      Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2
      -
      Ilustrasi (credit to WHO EMRO).

      Dia mengaku tertarik dengan hal semacam itu. Tapi, dia seorang hipokrit. Saat “pembantain” dunia ilmu pengetahuan oleh PM Margaret Thacher, apakah laboratoriumnya berkembang? Dia berpura pura sepertinya berkembang.

      “Virus punya sisi baik,” kata Les terus menerus. “Tentu, mereka selalu membunuh, di awalnya. Semua pathogen memang begitu. Tapi, pelan pelan terjadi perubahan. Apakah itu tubuh manusia berevolusi untuk mengeliminir ancaman atau...”

      Oh, dia berhenti berkata, dan menyukai cara bicara begini.

      “Atau” … “atau kita akan mengakomodasi, berkompromi….bahkan menjadi aliansi”

      Itulah yang selalu dikatakan oleh Les. Simbiosis. Dia menyukai kata bijak dari Margulis dan Thomas, dan bahkan Lovelock, untuk menarik simpati. Tapi, dia bersimpati bahkan pada HIV yang buas, kejam dan licik. Benar benar menakutkan.

      “Lihatlah, bagaimanakah HIV menyatu dengan DNA korbannya?” Dia sungguh menginspirasikan, kata Les.

      “Kemudian sang virus menunggu, sampai korbannya kemudian diserang oleh penyakit lain. Sel T inang mereplikasi diri, siap menghentikan penyakit yang menyerang, tapi karena “mesin kimia” mengambil alih peran DNA, hasilnya jumlah virus AIDS semakin melimpah.”

      Delete
  4. Benar juga ya, dulu banyak penyakit yang awalnya ganas membunuh manusia tapi pelan pelan manusia bisa beradaptasi dan akhirnya mengalahkan penyakit itu, baik dengan vaksin atau obat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks-
      Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2
      -
      “Jadi?” Kataku. “Kecuali itu retrovirus, begitulah cara hampir semua virus bekerja.”

      “Ya, tapi coba pikir, Forry. Bayangkan, apa yang terjadi bila, tanpa bisa dielakkan, virus AIDS menginfeksi seseorang yang genetik turunannya membuat dia lemah!”

      “Apa kamu pikir antibodi-nya ber-reaksi cukup cepat untuk menghentikan virus? Atau sel T mengeleminir serangan?”

      Oh, Les seperti seorang patriot bila dia terangsang bicara.

      “Tidak. Tidak. Pikirkan!” katanya. “Maksudku kuat setelah infeksi. Setelah gen virus menyatu ke dalam chromosom. Hanya orang seperti ini punya gen untuk mencegah DNA merangsang sintesa virus. Tak ada virus baru. Tidak ada cell yang terganggu prosesnya. Orang itu menjadi kuat. Tapi sekarang dia punya DNA baru ...”

      “Hanya di dalam beberapa sel….”

      “Ya. Tapi, anggap ini adalah sel sex. Kemudian anggap dia ayah dari anak dengan “gamete” itu. Sekarang, setiap sel si anak memiliki gen kuat dan gen virus. Pikirkan itu, Forry.”

      “Ini adalah tipe baru manusia! Manusia yang tidak bisa dibunuh oleh AIDS. Dia punya semua genetik AIDS, bisa memproduksi semua protein aneh, menakjubkan…. Genome anak manusia itu dan turunannya lebih bervariasi….”

      Aku bertanya tanya, kapan dia akan melaksanakan cara berfikir seperti ini. Apakah dia yakin bahwa cara ini pertama kali diterangkannya ke aku? Umumnya orang Inggris menghormati ilmu orang Amerika, tapi mereka berasumsi bahwa orang Amerika “pemalas” dari sisi philosophy ilmu. Tapi, Les sudah menjelaskan tehnik seperti ini beberapa minggu lalu, sekarang lebih banyak sumber bacaan dia sepertinya.

      “Maksudmu seperti gen yang bertanggung jawab terhadap beberapa tipe kanker yang dapat diturunkan?” Tanyaku secara Sarkastik. “Ada bukti bahwa beberapa oncogen, aslinya diselipkan kedalam genome manusia oleh virus, seperti pendapatmu. Orang sakit rematik mungkin mendapatkan sakitnya dengan proses seperti itu.”

      “Tepat. Virusnya musnah, tapi DNA mereka hidup, dalam tubuh kita!”

      Les kemudian mengambil sebatang kapur dan kemudian menulis di papan tulis.

      HARMLESS-→ KILLER!--> SURVIVABLE ILLNESS-->
      INCONVENIENCE--> HARMLESS

      “Ini cara klasik untuk melihat bagaimna interaksi antara inang dan pathogen baru, khususnya virus. Setiap panah adalah perwakilan dari tahap mutasi dan seleksi adaptasi.”

      “Pertama, bentuk baru beberapa mikroorganisme yang tidak berbahaya meloncat dari inang sebelumnya, katakanlah monyet, ke inang seperti kita, manusia. Tentu saja, awalnya kita tidak memiliki daya tahan tubuh. Seperti penyakit Syphilis di Eropa pada abad 16, membunuh dalam sehari daripada bertahun tahun… sel tubuh tidak efisien melawan…. Akhirnya sang penyakit membunuh inangnya secara cepat.”

      “Kemudian, ada periode di mana baik inang dan penyakit berjuang untuk beradaptasi satu sama lain. Bisa seperti perang, bisa pula seperti proses saling bernegosiasi.”
               
      # Bersambung.
      Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli: The Giving Plague oleh David Brin
      Cerpen ini adalah pemenang kedua "Hugo Award."

      Delete
  5. Setiap virus harus segera dicari antivirus ya atau jika tidak virus tersebut bermutasi ke bentuk virus baru yang lebih rumit lagi untuk dibuat anti virusnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks -
      Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2
      -
      Ilustrasi (credit to WHO EMRO).

      Dia mengaku tertarik dengan hal semacam itu. Tapi, dia seorang hipokrit. Saat “pembantain” dunia ilmu pengetahuan oleh PM Margaret Thacher, apakah laboratoriumnya berkembang? Dia berpura pura sepertinya berkembang.

      “Virus punya sisi baik,” kata Les terus menerus. “Tentu, mereka selalu membunuh, di awalnya. Semua pathogen memang begitu. Tapi, pelan pelan terjadi perubahan. Apakah itu tubuh manusia berevolusi untuk mengeliminir ancaman atau...”

      Oh, dia berhenti berkata, dan menyukai cara bicara begini.

      “Atau” … “atau kita akan mengakomodasi, berkompromi….bahkan menjadi aliansi”

      Itulah yang selalu dikatakan oleh Les. Simbiosis. Dia menyukai kata bijak dari Margulis dan Thomas, dan bahkan Lovelock, untuk menarik simpati. Tapi, dia bersimpati bahkan pada HIV yang buas, kejam dan licik. Benar benar menakutkan.

      “Lihatlah, bagaimanakah HIV menyatu dengan DNA korbannya?” Dia sungguh menginspirasikan, kata Les.

      “Kemudian sang virus menunggu, sampai korbannya kemudian diserang oleh penyakit lain. Sel T inang mereplikasi diri, siap menghentikan penyakit yang menyerang, tapi karena “mesin kimia” mengambil alih peran DNA, hasilnya jumlah virus AIDS semakin melimpah.”

      Delete
  6. Virus akan menjadi sangat menakutkan bila masih mewabah dan belum ditemukan vaksin anti virusnya.
    Dengan masa New Normal nanti semoga semua manusia bisa beradaptasi hidup berdampingan dengan virus sambil menunggu sampai ada vaksin yang bisa mengobati dan membasmi virus dengan tuntas.

    Stay safe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks -
      Pada Sebuah Wabah Penyakit – Cerpen 3 – bagian 2
      -
      “Jadi?” Kataku. “Kecuali itu retrovirus, begitulah cara hampir semua virus bekerja.”

      “Ya, tapi coba pikir, Forry. Bayangkan, apa yang terjadi bila, tanpa bisa dielakkan, virus AIDS menginfeksi seseorang yang genetik turunannya membuat dia lemah!”

      “Apa kamu pikir antibodi-nya ber-reaksi cukup cepat untuk menghentikan virus? Atau sel T mengeleminir serangan?”

      Oh, Les seperti seorang patriot bila dia terangsang bicara.

      “Tidak. Tidak. Pikirkan!” katanya. “Maksudku kuat setelah infeksi. Setelah gen virus menyatu ke dalam chromosom. Hanya orang seperti ini punya gen untuk mencegah DNA merangsang sintesa virus. Tak ada virus baru. Tidak ada cell yang terganggu prosesnya. Orang itu menjadi kuat. Tapi sekarang dia punya DNA baru ...”

      “Hanya di dalam beberapa sel….”

      “Ya. Tapi, anggap ini adalah sel sex. Kemudian anggap dia ayah dari anak dengan “gamete” itu. Sekarang, setiap sel si anak memiliki gen kuat dan gen virus. Pikirkan itu, Forry.”

      “Ini adalah tipe baru manusia! Manusia yang tidak bisa dibunuh oleh AIDS. Dia punya semua genetik AIDS, bisa memproduksi semua protein aneh, menakjubkan…. Genome anak manusia itu dan turunannya lebih bervariasi….”

      Aku bertanya tanya, kapan dia akan melaksanakan cara berfikir seperti ini. Apakah dia yakin bahwa cara ini pertama kali diterangkannya ke aku? Umumnya orang Inggris menghormati ilmu orang Amerika, tapi mereka berasumsi bahwa orang Amerika “pemalas” dari sisi philosophy ilmu. Tapi, Les sudah menjelaskan tehnik seperti ini beberapa minggu lalu, sekarang lebih banyak sumber bacaan dia sepertinya.

      “Maksudmu seperti gen yang bertanggung jawab terhadap beberapa tipe kanker yang dapat diturunkan?” Tanyaku secara Sarkastik. “Ada bukti bahwa beberapa oncogen, aslinya diselipkan kedalam genome manusia oleh virus, seperti pendapatmu. Orang sakit rematik mungkin mendapatkan sakitnya dengan proses seperti itu.”

      “Tepat. Virusnya musnah, tapi DNA mereka hidup, dalam tubuh kita!”

      Les kemudian mengambil sebatang kapur dan kemudian menulis di papan tulis.

      HARMLESS-→ KILLER!--> SURVIVABLE ILLNESS-->
      INCONVENIENCE--> HARMLESS

      “Ini cara klasik untuk melihat bagaimna interaksi antara inang dan pathogen baru, khususnya virus. Setiap panah adalah perwakilan dari tahap mutasi dan seleksi adaptasi.”

      “Pertama, bentuk baru beberapa mikroorganisme yang tidak berbahaya meloncat dari inang sebelumnya, katakanlah monyet, ke inang seperti kita, manusia. Tentu saja, awalnya kita tidak memiliki daya tahan tubuh. Seperti penyakit Syphilis di Eropa pada abad 16, membunuh dalam sehari daripada bertahun tahun… sel tubuh tidak efisien melawan…. Akhirnya sang penyakit membunuh inangnya secara cepat.”

      “Kemudian, ada periode di mana baik inang dan penyakit berjuang untuk beradaptasi satu sama lain. Bisa seperti perang, bisa pula seperti proses saling bernegosiasi.”
               
      # Bersambung.
      Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli: The Giving Plague oleh David Brin
      Cerpen ini adalah pemenang kedua "Hugo Award."

      Delete