Sawan Fibrosis

Tuesday, January 22, 2019

Pilpres 2019- Ketika Pemerintah dan Ilmuwan Membela Petani Jepang

Buah kiwi, credit to Medical News Today

Tahun 1990-an sampai 2000-an awal, neraca perdagangan USA negatif dengan negara Jepang. Kelakuan Amerika sudah bisa anda tebak: memaksa Jepang impor. Impor produk teknologi tinggi tentu saja membuat Jepang senang, terutama yang berkaitan dengan teknologi otomotif. Sampai hari inipun, teknologi otomotif Jepang masih kalah dengan Amerika dan Jerman (terutama soal safety car).

Pemerintah Jepang sangat keberatan, dipaksa impor produk produk pertanian, terutama buah buahan. Sudah kita ketahui: impor berarti akan menekan harga buah, akibatnya petani “mati” menanggung derita kerugian.

Karena pemerintah tidak tahu cara menolak impor buah, akhirnya dipanggil ilmuwan buah buahan dari seluruh negara Jepang untuk memikirkan bagaimana cara menolak impor secara ilmiah.

Banyak saran saran dan gagasan yang diberikan oleh para ilmuwan Jepang. Diantaranya, jika Jepang impor buah maka penyakit buah yang ada di Amerika akan menginfeksi pohon buah di Jepang.

Pemerintah Jepang kemudian memberi alasan infeksi buah kepada pihak Amerika. Pihak Amerika sama dengan Jepang, yaitu memanggil ilmuwan Amerika untuk dimintai pendapatnya.

Para ilmuwan Amerika awalnya tercengang, kemudian memberi argumentasi kira kira: ”bukankah buah yang akan diekspor ke Jepang itu buah Kiwi. Loh, Kiwi berasal dari Cina. Kemudian, New Zealand mengembangkan bibit kiwi dari Cina dan Jepang. Amerika sendiri ngambil bibit dari New Zealand.”

Ilmuwan Amerika sangat yakin, penyakit buah kiwi di Amerika juga ada di New Zealand, Cina dan Jepang.

Respon ilmuwan Jepang? Segera memetakan lokasi lokasi pohon kiwi yang bebas penyakit. Kemudian mengundang ilmuwan Amerika untuk melakukan penelitian bersama di lokasi yang sudah ditentukan.

Inti dari cerita ini: Pemerintah dan rakyat Jepang secara massif dan bahu membahu menolak impor, karena ingin membela nasib petani. Bagaimana dengan negara kita?

# Sebenarnya, ilmuwan Amerika merasa heran, kenapa riset hanya dilakukan di daerah yang sudah ditentukan.
-Ilmuwan Amerika tetap yakin bahwa penyakit buah kiwi yang ada di Amerika juga ada di Jepang, Cina, dan New Zealand.
-Sekarang setelah puluhan tahun berlalu, dan ketegangan impor – ekspor antara Jepang dan Amerika mereda: terbukti ilmuwan Amerika benar. Penyakit yang sama ada di mana mana

## Jatuh korban: Seorang ilmuwan Jepang gantung diri

Sunday, January 20, 2019

Pilpres 2019- Prabowo-Sandi Menang Telak, Erick Thohir Kesal

Prabowo-Sandi, credit to Tempo

Dr Dave McRae dari The University of Melbourne, Australia (18 Januari 2019), ternyata punya pendapat yang sama dengan saya bahwa “the real star” debat Capres 2019 pertama adalah Sandiaga Uno.

Pendapat saya lebih duluan dibandingkan Dr Dave (silahkan baca tulisan saya. Tanggal 17 Januari 2019, Capres 2019: Sandiaga Uno Tampil Seperti Obama !). Saya bahkan menyamakan Sandiaga Uno dengan mantan Presiden Amerika, Barrack Obama

Sementara itu, Asia Times (edisi 19 Januari 2019) menyebutkan, Sandiaga Uno telah menyebabkan Jokowi dalam posisi “tidak nyaman” saat debat.

Selanjutnya, Asia Times mengatakan Jokowi melakukan “kesalahan fatal” dengan mengungkit bahwa Partai Gerindra punya caleg mantan koruptor, padahal partainya sendiri, PDIP adalah partai PALING korup dan ada satu orang caleg sebagai mantan koruptor. Partai partai lain juga punya catatan korupsi. Tak ada yang steril dari korupsi.

Prabowo dinilai telah “memukul” baik Jokowi dan Amin soal terorisme. Capres Prabowo menganggap akar terorisme adalah ketimpangan ekonomi. Jadi, teroris bisa datang dari agama apa saja dan siapa saja berpotensi menjadi teroris, kalau mereka tidak diperlakukan adil secara ekonomi.

Kata kunci: ekonomi, pekerjaan, kemakmuran, peluang dan kesempatan menjadi “echo” oleh Prabowo – Sandi sepanjang debat pertama capres 2019. Hal ini membuat geram Erick Thohir, ketua timses Jokowi - Amin.

Dalam sebuah interview stasiun TV, Erick Thohir kira kira berkata sebagai berikut:”loh...tema debat sekarangkan soal hukum, ham, korupsi dan terorisme, tapi kok Sandi ngomongnya dikit dikit ekonomi?”

Jawabnya, karena semuanya bersumber kepada satu kata “ekonomi.” Kalau sudah kaya raya, kemudian punya istri cantik dan baik, serta anak yang cerdas: ngapain jadi teroris? ; ngapain korupsi?; dan orang kaya gampang mendapatkan bantuan hukum !

Itulah cerdasnya Prabowo-Sandi mengangkat temuan di lapangan ke forum DEBAT. Sama cerdasnya dengan Barrack Obama!

Menurut semua koran yang saya baca, diantaranya: Haaretz (Israel); South China Morning Post (Hong Kong) dan The Sydney Morning Herald (Australia), memprediksi debat Capres 2019 berikutnya adalah ibarat “badai” buat Jokowi - Amin. Bisa bisa Jokowi-Amin “tersungkur” di depan panggung !

Kata kunci debat berikut adalah: defisit perdagangan terbesar sejak Indonesia merdeka; petani tebu rugi Rp2 triliun karena impor gula; dan bulog harus menyewa gudang puluhan milyar karena beras impor!

Hanya sebagai info, ILC mengatakan Prabowo-Sandi MENANG telak dalam debat pertama. Jadi nggak usah didengar “self claim” Jokower tentang siapa pemenang debat. Abaikan saja: ”anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu!”

Thursday, January 17, 2019

Capres 2019- Sandiaga Uno Tampil Seperti Obama !

Debat Capres Pertama, credit to Nihao Indonesia

Debat pertama kali ini, 2019 agak berbeda dengan 2014 lalu. Beda pertama adalah Jokowi sudah memegang jabatan presiden selama empat tahun lebih., sehingga beliau “terikat” dengan apa yang sudah dilakukannya.

Beda kedua, sekarang ada Sandiaga Uno. Terus apa istimewanya? Dan apa hubungannya dengan mantan Presiden Barack Obama?

Sama seperti Barack Obama, di mana Sandiaga membawa kasus kasus yang ditemui di lapangan ke forum debat, diantaranya adalah:
- Ada yang mengeruk pasir, kemudian ditimbun di mangrove, sebagai upaya menjaga kelestarian alam. tapi kok malah diekskusi?

- Teman Sandiaga yang penyandang cacat, tapi sukses dalam dunia usaha. Penyandang cacat tidak perlu dikasihani, tapi didorong untuk sukses dengan menyiapkan peraturan peraturan yang pro-orang cacat.

- Pentingnya mencatat aset yang sedang dilakukan saat menjabat wagub DKI. Dengan catatan rapi, akan ketahuan mana yang berpotensi untuk dikorupsi dan sudah dikorupsi.

Calon pemilih di seluruh tanah air, termasuk yang berada di luar negeri telah mencatat kemampuan debat Sandiaga Uno malam ini.

Untuk Capres Prabowo Subianto, malam ini tampil lebih baik dari debat tahun 2014. Kalau saya bagi tiga bagian durasi debat malam ini:
- Babak pertama terlihat presiden Jokowi keteter, cawapres Amin bahkan tidak bicara sama sekali
- Babak pertengahan, performance Jokowi meningkat, tapi bisa diimbangi Prabowo.
- Babak akhir, paling seru. Terjadi “saling serang” antara paslon 01 dan paslon 02.

Tahun 2014, di media sosial, pendukung Prabowo “kecewa” dengan penampilan debat Prabowo.

Tapi, malam ini, saya mengecek secara random, ternyata pendukung Prabowo-Sandiaga Uno sangat puas. Status medsos mereka “happy” semua.

Kita tunggu debat kedua !

Sunday, January 13, 2019

Pilpres 2019- Prabowo Tampil Ragu Ragu Ketika Debat

Debat Capres-Cawapres 2019, credit to Republika

Kilas balik debat capres 2014, menurut saya, secara keseluruhan Prabowo tampil “ragu ragu” dalam menyampaikan argument: cenderung mengambang dan tanpa sumber.

Hanya sebagai contoh, ketika menyebut kata “bocor,” Prabowo tidak menerangkan secara singkat makna kata itu, dan dari mana sumbernya?

Padahal sumbernya jelas dari begawan ekonomi Indonesia, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo. “Bocor” menurut beliau adalah dana yang berkurang, hanya sebagian saja benar benar sampai ke tangan pemborong atau diimplementasikan di lapangan.

Kebocoran terjadi oleh beberapa sebab: komisi pejabat, dana konsultasi, dana untuk pengawasan, dana administrasi dan sebagainya. Tentu saja korupsi termasuk kategori kebocoran.

Kebocoran 30% terjadi pada proyek proyek yang didanai oleh bank dunia. Sumber dana lokal, silahkan ditanya ke pemborong. Paling paling yang sampai ke tangan mereka 55%. Bocornya 45%.

Soal bocor ini, pernah menjadi berita hangat tahun 1990-an awal. Prof. Sumitro sempat dipanggil Presiden Suharto. Ketika ditanya wartawan, apakah beliau “dimarahi” presiden, beliau menjawab dengan humor:”loh...sayakan besannya.”

Tentu saja konteks “bocor” di era presiden Suharto dan debat capres 2014 berbeda. Tapi sebab musabab bocor tetap sama. Masa sih dana pembangunan diemplementasikan 100% di lapangan? Tanpa bocor?

Seandainya, kemudian Prabowo mengkaitkan jumlah orang miskin di Solo ketika Jokowi menjadi walikota dengan menyebut sumber datanya (bukan hoaks). Adalah bukti bahwa:
1. Dana pembangunan “tidak memadai” untuk menekan jumlah orang miskin. Selain tidak mencukupi, bisa juga karena ada kebocoran. Apakah Jokowi menerima 100% dana pembangunan dari yang diusulkan?

2. Cara tidak bermoralnya walikota Solo “mengutak atik” data kemiskinan, agar bisa mengajukan penaingkatan dana APBD.

Sekali lagi, kalau saja, Prabowo belajar cara cara “mengeksekusi” lawan debat dari Rocky Gerung dan Fahri Hamzah, serta bahkan dari Ruhut Sitompul, maka Jokowi akan kalah telak dalam debat capres 2014 lalu.

Sekarang, 2019, banyak sekali data data yang “melawan” Jokowi, diantaranya: Esemka hanya isapan jempol; pertumbuhan tidak 7%; mangkraknya proyek jalan tol; hutang membumbung; impor yang “membunuh” petani dan sebagainya. Semoga menjadi topik debat yang diangkat ke permukaan.

Jika Jokowi berkelit, seperti tahun 2014 bahwa banjir di Jakarta akan beres dengan beliau menjadi presiden. Kemudian beliau berkelit, semuanya akan beres kalau dia memegang jabatan dua periode. Maka, segera eksekusi beliau di forum debat tanpa ampun. Jangan biarkan orang seperti ini “berbohong” di depan publik.

Jangan pernah dibiarkan, calon presiden berbicara sesuka hati di depan ratusan juta rakyat Indonesia. Jangan pernah dibiarkan, calon presiden "gombal" di depan rakyat!

Terakhir, debat pertama pilpres 2019, tanggal 17 Januari, topiknya: Hukum, HAM, korupsi dan terorisme. Hampir pasti, HAM era Suharto akan diungkit ungkit. Petanyaannya, apakah HAM di era Jokowi lebih baik? Semoga segera dibandingkan !

Tuesday, January 8, 2019

Pilpres 2019- Jokowi Melawan Janji dan Kenyataan yang Diciptakannya Sendiri

Ilustrasi tentang janji janji dan realisasi, credit to Mas Piyu


Secara visual dan audio, diantara janji janji Jokowi dapat dilihat di video rekaman ini: Video Janji Janji Politik Jokowi. Terdengar jelas janji janji politik Jokowi:

- Stop impor pangan
- Stop impor Beras
- Stop impor daging
- Stop impor bawang
- Stop impor kedele
- Stop impor sayur
- Stop impor buah
- Stop impor ikan

Selanjutnya Jokowi mengatakan: “Kita ini semuanya punya…...”

Di atas adalah fakta, langsung presiden Jokowi yang NGOMONG. Presiden atau pejabat negara kalau NGOMONG adalah dokumen negara, sekaligus sebagai dokumen rakyat.

Sekarang dokumen itu kembali dibuka dan didengar oleh rakyat. Didengar bersama sama di ruang publik. Apakah yang “dijanjikan” oleh presiden Jokowi yang diiringi tepuk tangan gegap gempita itu menjadi kenyataan?

Ternyata, kenyataannya dari OMONG presiden itu adalah sbb:
1. Soal beras saja sampai hari ini “blepotan.” Bahkan masih saja impor, meskipun gudang sudah penuh, tak ada tempat lagi untuk menyimpan beras. Menurut Buwas (detiknews, 19 September, 2018), negara mengeluarkan duit Rp 45 untuk menyimpan beras yang ada.

2.Kita impor gula berjuta juta ton. Silahkan baca di tulisan saya sebelumnya: Pilpres 2019: Indonesia Pengimpor Gula Terbesar DuniaPilpres 2019: Di Mana Ada Gula, Di Situ Ada Impor

3. Kita impor kedele, dan hampir semua kebutuhan pangan

Untuk beras saja, paling tidak, ada 4 kerugian dengan impor 500 ribu ton beras:
1. Menguras uang negara sebesar Rp 3,6 triliun (diperlukan dolar dari devisa negara untuk bayar impor, sehingga mengurangi cadangan devisa)
2. Menghamburkan uang negara Rp 45 milyar untuk sewa gudang
3. Kerugian petani secara finansial dan moral (petani merasa ditinggalkan pemerintah).
4. Lapangan kerja di bidang pertanian berkurang.

Dari semua ini, apa artinya? Presiden sedang MELAWAN janji yang dibuatnya sendiri dan realisasi dari janji itu. Rakyat di seberang sana menunggu jawaban kenapa janji janji itu tidak bisa direalisasikan. Kenapa dan ada apa?

Pilpres 2019 adalah pertarungan antara Jokowi dengan janjinya dan rakyat. Janji dan rakyat adalah musuh Utama Jokowi, bukan Prabowo - Sandi !!


Thursday, January 3, 2019

Pilpres 2019- Indonesia Pengimpor Gula Terbesar Dunia

Ilustrasi, credit to Aktual.com

Luar biasa, ternyata Indonesia pengimpor gula terbesar di dunia, mengalahkan Cina yang berpenduduk 1,38 milyar jiwa dan Amerika Serikat dengan penduduk 326 juta jiwa. Urutan negara negara pengimpor gula berdasarkan nilai impor dalam US dolar (Sumber: Workman, 2018):

1. Indonesia senilai US$ 2,5 milyar (Rp 35 triliun)
2. United States senilai US$ 1,7 milyar
3. Bangladesh senilai US$ 1,1 milyar
4. China sebesar US$ 1,08 milyar
5. United Arab Emirates sebesar US$ 1 milyar

Angka senilai Rp 35 triliun itu seberapa besar? Sebagai pembanding, APBD dari 3 propinsi yang terbanyak penduduknya di Sumatera:
1. Sumatera Utara, penduduk 14,24 juta jiwa, APBD sebesar Rp 13, 8 triliun
2.Sumatera Selatan, penduduk 8,27 juta jiwa, APBD sebesar Rp 6,9 triliun
3. Riau, penduduk 6,7 juta jiwa, APBD sebesar Rp 10,1 triliun

APBD di 3 propinsi terbesar di Sumatera jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan angka impor gula. Bukan itu saja, impor juga berarti pengurangan cadangan devisa dalam jumlah yang besar.

Makna yang perlu dicermati dari konsekwensi impor, dalam konteks ini kita bicara impor gula (bisa berlaku untuk komoditi apa saja):
1. Karena impor, gula dalam negeri menjadi tak laku, maka petani tak bisa bekerja (untuk menanam kembali). Walhasil, bukan sejahtera yang didapat, tapi malah NGANGGUR. Jadi pengangguran si pak tani tebu. 

2. Sementara petani gula negara lain seperti Thailand UNTUNG besar, karena bisa jual gulanya di INDONESIA.

Kenapa petani Thailand bisa memproduksi gula lebih murah? Diantaranya adalah subsidi di tingkat petani berupa pupuk, bibit unggul dan tenaga penyuluh (tenaga ahli). Petani juga bisa mendapatkan kredit ekspor.

Lagi lagi, diperlukan keseriusan presiden untuk menekan impor dalam jangka pendek, dan kalau perlu mendorong ekspor dalam jangka panjang. 

Reference
Workman, D. 2018. Sugar Imports by Country. Retrieved from: http://www.worldstopexports.com/sugar-imports-by-country/

Tuesday, January 1, 2019

Pilpres 2019- Di Mana Ada Gula, Di Situ Ada Impor

Kontrak politik Sandiaga dengan petani tebu, credit to swararakyat

Indonesia mengimpor gula 5 juta ton tiap tahun, akibatnya apa? Petani rugi sekitar Rp 2 triliun untuk tahun 2018 saja (Merdeka, 2018). Kenapa rugi? Hal ini terjadi karena pasar “over supply,” sehingga produksi petani yang cuma 2,2 juta ton pertahun (USDA, 2017), tidak terserap pasar.

Produksi gula petani menumpuk di gudang, mereka melakukan demo ke istana presiden bulan Oktober, 2018 lalu (diliput oleh banyak media mainstraim), agar gula impor segera distop. Apa tanggapan pemerintah? Menambah jumlah impor (CNBC, Desember, 2018).

Apa hubungannya dengan pilpres 2019? 
# Pertama, ada 400 ribu hektar ladang tebu, 300 ribu ha terkosentrasi di Jateng dan Jatim. 
## Kedua, jumlah orang yang terlibat di tebu dan industri kaitannya ada jutaan orang (buruh tanam, buruh pelihara, buruh panen, buruh angkut, buruh pabrik gula, buruh gudang dan sebagainya).

Jutaan orang (buruh) ditambah dengan jutaan anggota keluarga adalah potensi “jumlah suara” yang akan ikut dalam pileg dan pilpres 2019. 

Seandainya capres dan cawapres mampu menangkap peluang ini dengan cara menawarkan program program konkret, bukan hanya sekedar janji, maka akan sangat berpengaruh terhadap elektabilitas mereka. Sampai saat ini, cawapres Sandiaga Uno telah menanda tangani kontrak politik dengan perwakilan petani tebu. Semoga kontrak politik tidak hanya berhenti di sini.

Bukan hanya petani tebu yang “terpukul” oleh impor, tapi juga petani beras. Disamping itu beberapa komoditi pertanian lainnya mengalami penurunan harga yang juga berdampak terhadap kesejahteraan petani.

Isu isu kampanye pilpres diharapkan fokus terhadap problema pertanian ini. Apa saja “policies” yang ditawarkan sangat ditunggu tunggu petani. Sebagai bentuk keseriusan, kalau perlu ada “shadow” kepres dan kep-wapres” yang siap ditantatangani setelah pelantikan. 

Apa saja butir butir “Kep-preswapres” beserta kontrak politik dengan semua petani (semua sektor pertanian) segera disosialisasikan ke seluruh Indonesia. Biar rakyat semua tahu tentang keseriusan capres dan cawapres dalam kedaulatan pangan. Kita tunggu !!