Sawan Fibrosis: Pilgub Kepri 2020
Showing posts with label Pilgub Kepri 2020. Show all posts
Showing posts with label Pilgub Kepri 2020. Show all posts

Wednesday, February 12, 2020

Pilgub 2020 - Bekaca Pada Pilwako Tanjung Pinang

Maya, Suryatati dan Lis (credit to Lintas Kepri)

Anak, suami atau istri dari walikota, bupati atau gubernur bertarung untuk mendapatkan jabatan “publik” syah syah saja di negara demokrasi.

Kata “nepotisme” dipakai jika keluarga dekat tersebut TIDAK pernah memiliki jabatan politik, birokrat, polisi atau militer yang “layak” sebagai track record atau CV.

Hanya sebagai ilustrasi, mari kita lihat kasus di Tanjung Pinang, Kepri baru baru ini, terjadi pada pilwako tahun 2013 dan 2018.

Dimana anak walikota yang berkuasa 14 tahun kalah:
- sebagai calon walikota tahun 2013
- sebagai calon WAKIL walikota tahun 2018

Tahun 2013 bertarung menghadapi BUKAN “incumbent,” sedangkan tahun 2018 bergandeng bersama incumbent.

Pelajaran apa yang BISA ditarik dari pilwako Tanjung Pinang tahun 2013 dan 2018?

- Kekuasaan, dana kampanye, penguasaan birokrasi sampai ke desa memang PENTING, tapi BUKAN jaminan untuk MENANG dalam pilwako atau pilkada

- Rakyat Tanjung Pinang (Kepri), orang MELAYU Kepri TIDAK bisa mentolelir NEPOTISME

- Orang melayu merasa TERSINGGUNG dengan pilihan yang dicampakkan ke depan mereka, harus memilih anak pejabat atau mantan pejabat.

- Orang melayu masih punya AKAL sehat untuk memilih pimpinannya.
-------------------------------

Terus, apa hubungannya dengan Pilgub atau Pilkada 2020?

Calon gubernur atau bupati atau walikota di Kepri yang memilih wakilnya dari kalangan:
- istri pejabat (pengalamannya sebagai istri)
- anak mantan pejabat
- orang orang yang TIDAK jelas “track record”nya

Maka, para calon kepala daerah tersebut adalah KELEDAI yang TIDAK bisa berkaca, dan TIDAK bisa memahami “jiwa” dan dinamika masyarakat melayu, para pemilih yang cerdas.

Keledai saja, TIDAK mau jatuh di lobang yang sama dua kali. Kalau jatuh di lobang yang sama sampai tiga kali, apa namanya?

Silahkan saja beri namanya!!

# SDM Kepri selalu berada di TOP 10 Indonesia..... 

## SDM Batam, Bintan dan Karimun mungkin termasuk salah satu TOP di ASEAN!!....

## Jangan PERNAH menganggap mereka BODOH

Monday, November 4, 2019

Pilgub 2020- The Loser Vs The Winner (bagian 2)

Rudi – Huzrin, hanya ilustrasi

Pada bagian 1, kita “memperkirakan suara Rudi – Huzrin dalam persen, jika dibuat angka sebagai berikut:
- Batam: 70% = 447.000
- Natuna: 50% = 25.200
- Lingga: 50% = 33.400
- Anambas: 50% = 15.200
- Tanjung Pinang= 55% = 79.992
- Karimun = 50% = 78.789
- Bintan: 55% = 54.104

Jumlah total adalah 773.685 jiwa, seandainya dibuat persentase menjadi 61.8%. MENANG telak.

Bagaimana cara Rudi-Huzrin membiayai kampanye mereka?

Tak perlu kita debatkan, kampanye butuh dana besar. Menurut salah satu koran Amerika, Bloomberg (11 Desember 2018), bahwa Jokowi menyalurkan dana bantuan Rp 38 triliun kepada orang miskin pada saat Pilpres.

Begitu juga di tingkat daerah, berbagai bantuan dengan berbagai nama disalurkan oleh incumbent sampai ke angka ratusan milyar. Itulah keunggulan incumbent (presiden, gubernur, bupati dan walikota).

Untuk kota Batam, pasangan “imajinasi” Rudi-Huzrin takkan menemui masalah dengan biaya kampanye.

Biaya kampanye seluruh Kepri, bagaimana pula?

Pertanyaan “hypothetical” ini, akan “mudah” jika pasangan Rudi-Huzrin sudah:
1. Resmi maju sebagai cagub cawagub Kepri 2020
2. Ada partai yang merekomendasi pasangan ini
---------------------------------------------------------

Berdasarkan pengalaman Huzrin Hood dalam mengumpulkan dana untuk pembentukan propinsi Kepri, takkan terlalu sulit mencari dana kampanye, jika pasangannya adalah pejabat formal seperti gubernur (plt Gubernur), bupati atau walikota.

Kita tahu, formalitas adalah sangat penting dan sangat menentukan. Buktinya, dari tiga kali pilgub Kepri, 100% dimenangkan oleh incumbent (pejabat formal).

Sinkron dengan data nasional, mayoritas (70%) pilkada dimenangkan oleh incumbent (pejabat formal).

Begitu juga dengan pilpres langsung, dari 4 kali, satu kali incumbent (Megawati) kalah, pemenangnya adalah pejabat formal:
1. SBY, Menko Polkam (pejabat formal)
2. SBY, incumbent ( pejabat formal)
3. Jokowi, gubernur DKI (pejabat formal)
4. Jokowi, incumbent (pejabat formal).

Donatur lebih suka dan merasa “aman” memberikan donasi kepada pejabat formal, ketimbang calon yang “tidak jelas.” Tidak jelas jabatannya dan menangnya jauh di mata.

# Kita akan bahas calon gubernur Kepri lainnya yang beredar di masyarakat pada tulisan berikutnya.

Thursday, October 17, 2019

Pilgub 2020: The Loser Vs The Winner (bagian 1)

Huzrin Hood dan Rudi

Berdasarkan perkembangan terakhir (tentu saja akan terus cair sampai hari H), maka saya membuat “simulasi” untuk dan hanya untuk tulisan ini, bagaimana seandainya:

Rudi – Huzrin Vs Soeryo – Isdianto?
-----------------------------------------------------

Dari data Pilwako 2015 lalu, Rudi-Amsakar menang 60.1%. Angka yang cukup meyakinkan, karena mereka bukan incumbent.

Bagaimana jika Pilgub 2020 nanti? Sudah barang tentu, tergantung siapa lawan, siapa pula pasangannya.

PASTI, Soeryo Respationo akan maju sebagai Cagub PDIP, sedangkan Isdianto entah ya, entah tidak.

Bisa saja yang maju adalah Soeryo berpasangan dengan XYZ. Bagaimana dengan Isdianto? Ya, GIGIT jari “sampai putus.”

Sudah banyak bukti Plt Gubernur propinsi lain hanya jadi “abok,” jika MELEMPEM.

Saya sekali lagi sependapat dengan Endri Sanopaka, pengamat politik cemerlang dari Stisipol Tanjung Pinang yang mengatakan bahwa nasib Plt Gubri Isdianto bisa TRAGIS.

Hanya dengan seorang Soeryo saja bisa DIPERMAINKAN, bagaimana pula jika berhadapan dengan Rudi yang TERBUKTI menang dua kali dalam pilwako langsung (sebagai wakil walikota dan sebagai walikota).
---------------------------------------------------------

Agar konsisten, anggap saja Rudi – Huzrin Vs Soeryo – Isdianto. Peluangnya bisa kita “agak agak” secara angka dan persentase.

Rudi, sebagai walikota punya hak “prerogatif” untuk merestui, memilih dan mengangkat aparat pemerintahan dari Kepala Dinas, camat sampai ke RW RT. Mereka yang tak sejalan dengan visi dan misi, bisa digeser atau diganti.

Walikota juga bisa memberi atau menaikkan dana insentif kepada babinsa dan semua aparat pemerintahan di Batam.

Sampai saat ini, Rudi punya kedekatan pribadi dengan masyarakat, aparatur negara (sipil, militer dan polisi), pemuka masyarakat dan pengusaha di Batam.

5 tahun lalu, banyak media di Batam mengadakan poling menanyakan kepada pembacanya tentang siapa yang layak menjadi Gubernur Kepri.

Huzrin Hood menempati posisi teratas. Artinya, Huzrin Hood cukup dikenal di pulau Batam.

Jika belum incumbent saja bisa MENANG 60.1%. Tidak terlalu istimewa Rudi – Huzrin bisa menang 70% bahkan 80% di Batam pada pilgub 2020.
------------------------------------------------------------

Sama dengan Rudi bahwa Huzrin Hood BELUM pernah KALAH. Selalu “the winner,” sebagai ketua Golkar, ketua DPRD dan Bupati.

Sepengetahuan saya, “die hard” Huzrin Hood banyak di Tanjung Uban, sebagian juga ada di Tanjung Pinang.

Rudi yang adalah kelahiran Tanjung Pinang merupakan modal dasar untuk membawa kemenangan Rudi - Huzrin minimal 55% di Kotamadya Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan.

Bagaimana dengan Karimun? Selain tempat asal, Huzrin memulai karier politiknya di Karimun. Karena ada Isdianto, anggap saja 50% - 50%.

Natuna, Anambas dan Lingga kita masukkan ke kolom 50% - 50%. Sebenarnya, siapapun pemenang, dari segi suara tidak begitu signifikan.
---------------------------------------------------------

Bagaimana dengan Soeryo – Isdianto atau pasangan Soeryo – XYZ?

# Bersambung ke tulisan berikutnya. Stay tune!

Sunday, October 6, 2019

Pilgub 2020 - The Right Man in the Wrong Time

Huzrin dan Isdianto (credit to batampos)

Huzrin Hood bukan hanya tokoh sentral dalam membidani kelahiran propinsi, tapi beliau terus berjuang mempertahankan keutuhan tanah melayu.

Desas desus upaya Batam dan Natuna untuk memisahkan diri sudah tak begitu terdengar lagi, ini berkat pendekatan budaya dan konstitusi yang dilakukan oleh Huzrin Hood.

Ide ide bernas untuk memajukan Kepri di segala lini, terus menyala. Diantara yang menarik perhatian saya adalah pembangunan kesehatan.

Untuk geografis Kepri dengan ribuan pulau, di pulau setingkat desa, banyak yang masih belum dalam jangkauan kerja seorang dokter.

Pulau se-level RW, tak usahkan dokter, perawat dan bahkan bidanpun terkadang tidak hadir.

Tak jarang ada sarkasme yang beredar di pulau pulau terpencil:
Tanya: “dokter itu apa?”
Jawab: “entahlah….. entah badai, entah gerimis…. Jangan jangan meruan pula”
---------------------------------------------------

Selanjutnya, pertanyaan pertama: Bagaimana dengan peluang Huzrin Hood di Pilgub Kepri 2020?

Saya sependapat dengan Endri Sanopaka (pengamat politik dari Stisipol), tidak bermaksud “melecehkan,” peluang tokoh Kepri ini hampir “NIHIL.”

Bukan hanya kondisi kekinian yang jauh dari “fair play” dalam pilpres, pileg dan pilkada, tapi, Huzrin Hood juga punya “constraint” (keterbatasan) untuk maju ke medan laga:

- belum jelas partai pengusung
- minimnya logistik (dana operasional dari kota sampai ke desa serta pulau pulau terisolir)
- tidak ada jabatan formal, sehingga yang diandalkan adalah network informal.
-------------------------------------------

Pertanyaan kedua: Apakah bisa ditingkan peluang dari NIHIL ke kompetitif?

Tentu saja sangat bisa, caranya bagaimana?

BERSANDING. Bersanding dengan siapa? Ini dia:
- Isdianto (Incumbent).
- Haji M Rudi (walikota Batam).

Untuk tulisan ini, kita batasi dulu kepada peluang Huzrin Hood menang jika bersanding dengan Isdianto. Tulisan berikutnya jika bersanding dengan HM.Rudi

Kenapa Isdianto? Karena berdasarkan tulisan Robby Patria di koran lokal, PDIP masih belum menentukan secara resmi siapa yang akan diusung sebagai Cagub Kepri, apakah Isdianto (Plt Gub) atau Soeryo Respationo.
--------------------------------------------

Jika Isdianto TIDAK pasti dicalonkan PDIP, dan ternyata nantinya cuma calon wakil gubernur, sebaiknya Huzrin Hood segera melobi Isdianto.

Tak apa mundur selangkah, menawarkan diri sebagai cawagub saja, Isdianto di Cagub.

Dengan kombinasi Isdianto-Huzrin, tak begitu besar rintangan untuk mendapatkan rekomendasi dari partai partai seperti Demokrat, Gerindra, PAN dan PKS.
-------------------------------------------

Total DPT Kepri adalah 1,187 juta jiwa. Hitungan matematikanya (hitungan KASAR dan hipotetical) jika Isdianto-Huzrin bersanding adalah:

- menang di Bintan, Tanjung Pinang dan Karimun. Di tiga daerah ini bisa menang 70% sampai 80%. Karena wilayah tugas mereka dan putra daerah. Anggap saja menang 70%, maka suara terkumpul : 280 ribu

- Kalah di Batam, karena kemungkinan lawan adalah Rudi dan Soeryo. Anggap saja suara yang dikumpulkan 40%, dalam angka: 255 ribu

- Fifty fifty untuk daerah Natuna, Lingga dan Anambas. Suara dalam angka: 74 ribu

Maka, total suara adalah 609 ribu. Jika dipersenkan adalah 51%. MENANG! 

Tuesday, September 10, 2019

Pilgub Kepri 2020 - Bersaing, Bergandeng atau Bertahan?

Kepala daerah tingkat 2

Fakta penguasaan logistik (anggaran) dan birokrasi sampai ke tingkat desa adalah indikasi kuat pilgub Kepri dimenangkan oleh “incumbent” tiga kali berturut turut.

Dengan “framing” ini, maka yang berpotensi untuk mengalahkan “incumbent” adalah ekskutif tingkat dua (bupati dan walikota).

Sudah kita bahas peluang Walikota Batam dan Bupati Karimun di tulisan sebelumnya. Pembahasan juga termasuk peluang berdasarkan jumlah penduduk atau DPT.

Pertanyaannya kemudian, siapa lagi yang berpotensi menang lawan “incumbent?” Ini dia:
- Syahrul, Walikota Tanjung Pinang dengan DPT: 145 ribu
- Apri Sujadi, Bupati Bintan dengan DPT: 98 ribu

Keunggulan dua orang ini adalah memperoleh jabatan mereka dengan suara pemilihan langsung.

Bahkan Syahrul dua kali ikut pilwako (sebagai wakil dan walikota) secara langsung. Selain Pilkada, Apri Sujadi juga ikut pileg tingkat propinsi.

Mereka punya pengalaman dalam menjalankan strategi untuk menarik suara konstituen secara langsung.

Keistimewaan lain, kedua mereka adalah juga ketua partai politik, Gerindra dan Demokrat.

Masa sih cuma keunggulan? Apa kelemahan mereka?:
- Ya, kembali lagi ke soal logistik dan penguasaan birokrasi se propinsi Kepri
- Jika digabung suara DPT Bintan + Tanjung pinang, hanya 243 ribu (Bandingkan dengan Batam yang 638 ribu).

Teori evolusi (Chales Darwin), Psikologi (Sigmund Freud) dan ekonomi (klasik maupun moderen) menyatakan bahwa orang yang selamat atau yang menang adalah mereka mereka yang RASIONAL.

Jadi, apa RASIONALISASI Syahrul dan Apri Sujadi dalam konteks Pilgub Kepri 2020?
- Tidak akan BERSAING dengan Incumbent.
- Kemungkinan, hanya mau BERGANDENG dengan incumbent.
- Lebih menggiurkan dengan posisi BERTAHAN seperti sekarang sampai dua periode (Raja di raja di wilayah tingkat 2).

Selanjutnya, ada banyak nama nama beredar di masyarakat sebagai calon gubernur Kepri, diantaranya:
- Huzrin Hood
- Ismeth Abdullah
- Ansar Ahmad
- Soerya Respationo

Kita akan bahas sejauh mana peluang mereka di pilkada Kepri 2020 pada tulisan berikutnya.

Sunday, August 25, 2019

Pilgub Kepri 2020 - M.Rudi, Peluang dan Rasionalisasi

Walikota Batam dan Bupati Karimun

Sebelum kita bahas, siapa yang berpeluang mengalahkan “wonder boy,” Isdianto, mari kita lihat fakta fakta.

Di data nasional untuk pilgub maupun pilkada TK 2, pertahana itu menang 70%.

Jika kita fokuskan ke pilgub Kepri yang sudah berlangsung 3 kali, pertahana itu MENANG 100%.

Artinya apa? Semua pertahana pilgub Kepri MENANG. Mau BUKTI?:
1. Ismeth (Pertahana) – M.Sani (Bupati), pilgub pertama, kategori pertahana karena Ismeth adalah Penjabat gubernur

2. M. Sani (Wakil Gubernur) – Soerya (Legeslatif, Ketua Parpol), kategori pertahana karena M. Sani praktis sebagai Gubernur. Gubernur sendiri sedang menghadapi masalah hukum saat itu.


3. M. Sani (Gubernur) – Nurdin Basirun (Bupati). Jelas pertahana.

Pertahana artinya adalah ekskutif. Apa keunggulan ekskutif? Ini dia:
- Menguasai logistik (politik anggaran)
- Menguasai birokrasi di semua kabupaten dan kota madya yang ada di Kepri
- Ketua Forkopimda, diantara anggotanya adalah aparat Kepolisian dan TNI

Dari “intro” di atas, jawaban pertanyaan: siapa yang “berpeluang” mengalahkan “wonder boy,” Isdianto? Tentu bisa dijawab dengan gamblang.

Perlu diingat, kata “peluang” bukan berarti bisa atau pasti mengalahkan pertahana. Peluang tetap ”30%”

Ada judul judul berita di berbagai media di Kepri, diantaranya:
- Branding Personal Rudi Sinyal Kuat Maju ke Pilkada Kepri
- Dikabarkan Maju Pilgub Kepri 2020 Dampingi Rudi, Ini Tanggapan Bupati Karimun Aunur Rafiq

Kesimpulan yang dapat ditarik dari dua judul berita di atas adalah:
- Rudi, walikota Batam merasa punya “peluang” menjadi gubernur Kepri.

Apa “rasionalisasi” walikota Batam sehingga merasa berpeluang menjadi gubernur? Jelasnya adalah penduduk dan sekaligus DPT Batam terbesar di Kepri.

Terus, rasionalisasi memilih Bupati Karimun sebagai pendamping?
- psywar terhadap Plt Isdianto yang juga putra daerah Karimun.
- tak PD jika sendirian menghadapi Plt yang menguasai 6 daerah TK II (Natuna, Anambas, Lingga, Bintan, Tanjung Pinang dan Karimun) lainnya.

Apa pula rasionalisasi bupati karimun menolak jadi calon wakil gubernur Rudi?
- peluang yang hanya 30%
- lebih aman di posisi bupati, daripada mencari jabatan wakil gubernur yang tak jelas.
- tak mau seperti pepatah Melayu: Mendengar guruh di langit, air di tempayan langsung dibuang.


Siapa lagi yang “berpeluang” berlaga di pilgub Kepri 2020? Kita lanjutkan di tulisan berikutnya. 

Sunday, August 11, 2019

Pilgub Kepri 2020 - Sekali Kongres, Dua Presiden Mendukung Kader Di Pilkada

Plt Gubernur Kepri dan istri

Tak mantan (Megawati), tak presiden (Jokowi), dua duanya dalam satu Kongres PDIP di Bali, sama sama memberikan poin penting dalam pidato mereka, yaitu: MENDUKUNG penuh kader kader PDIP yang maju di Pilkada 2020.

Hal ini diaminkan oleh Sekjen, Hasto Kristiyanto di beberapa interview selama kongres.

PDIP sangat menyadari, diantara KUNCI kemenangan pileg dan pilpres adalah “penguasaan lapangan.” Gain ground dalam istilah pilpres dan pileg Amerika

--------------------------------------------------------

Keseriusan PDIP menorehkan kemenangan di setiap Pilkada dimulai dari tahun 2013, dan terus dilanjutkan sampai saat ini.

Tahun 2013, Jokowi ikut langsung terjun di Pilkada Jateng, begitu juga dengan Megawati serta pengurus pusat PDIP, dan di kemudian hari selalu terlibat langsung di banyak pilkada.

Kerja keras PDIP menghasilkan “buah manis,” diantaranya pengusaan Jawa Tengah. Selain kursi gubernur, ada 18 kepala daerah tingkat II Jateng dikuasai oleh kader kader PDIP.

Kita ketahui bersama, salah satu kunci kemenangan Jokowi dan PDIP di pilpres dan pileg 2019 adalah Jawa Tengah.
----------------------------------------------------------------------

Kemudian, apa hubungannya dengan Pilgub Kepri 2020?

Isdianto, Plt Gubernur Kepri adalah kader PDIP.

Sebagai kader, jika Isdianto “maju,” tentu saja dengan restu pengurus (tingkat pusat dan daerah), maka PDIP termasuk presiden Jokowi akan “all out” atau secara TOTAL akan memenangkan kadernya.

Presiden Jokowi dalam poin pidatonya, selain akan berusaha memenangkan Pilkada 2020, juga akan memastikan kemenangan PDIP tahun 2024.

Kemenangan di Pilkada, termasuk di Kepri adalah “pondasi” kokoh untuk memenangkan pemilu dan pilpres 2024.
--------------------------------------------------------------------------------
Apakah calon lain TIDAK punya peluang di Pilkada Kepri 2020?

Mari kita bahas di artikel berikutnya!

# Tulisan ini adalah bagian dari serial tulisan tentang Pilgub Kepri 2020.

Saturday, July 27, 2019

Pilgub Kepri 2020 - Wonder Boy Itu Bernama Isdianto

Wonder boy, Isdianto


Sudah dimaklumi bersama, Nurdin Basirun ditetapkan sebagai gubernur Kepri, karena menggantikan posisi M Sani yang wafat.

Kemudian diperlukan pergantian posisi wakil gubernur. Proses pergantian ini cukup memakan waktu awalnya, karena ada beberapa calon pengganti: tokoh politik, tokoh masyarakat, anak dan adik gubernur yang wafat.

Seperti dunia superhero, tiba tiba muncul nama Isdianto. Sidang penetapan berjalan sangat mulus. Wonder Boy ini menjadi wakil gubernur Kepri, dan dilantik presiden Jokowi tanggal 27 Maret, 2018.

Wonder boy kembali menunjukkan “kedikjayaan”-nya, betapa tidak, hanya dalam tempo kurang dari 24 jam, mulai dari saat ditetapkannya Nurdin Basirun sebagai tersangka oleh KPK sampai dengan keluarnya surat PLT Gubernur Kepri.

Lihat kronologi di bawah:
- Tanggal 10 Juli 2019, gubernur Kepri ditangkap KPK
- Tanggal 11 Juli 2019, Gubernur Kepri ditetapkan sebagai tersangka
- Tanggal 12 Juli 2019, keluar surat PLT Gubernur Kepri yang ditandatangani oleh Mendagri
- Tanggal 13 Juli 2019, Wonder boy, Isdianto dilantik sebagai PLT Gubernur Kepri

Bagaimana dengan pilgub 2020? Tentu saja, baik calon, pasangan calon sampai “electability” akan berubah total.

Hanya mengingatkan, 70% incumbent akan mempertahankan kedudukannya. 30% saja yang kalah.

Lis Darmansyah adalah contoh 30% incumbent yang kalah.

M Sani dan banyak bupati atau walikota yang terpilih kembali dua periode. Mereka adalah Contoh 70% incumbent yang menang kembali.

Apakah wonder boy, Isdianto yang sekarang berposisi sebagai incumbent akan menang dalam pertarungan pilgub Kepri 2020?

# Bersambung !