Sawan Fibrosis: Penyakit Diabetes
Showing posts with label Penyakit Diabetes. Show all posts
Showing posts with label Penyakit Diabetes. Show all posts

Wednesday, January 22, 2020

Apakah Ada Obat yang Mempengaruhi Pancreas untuk Memproduksi Insulin? - Sakit Diabetes 4

Vitamin B3(Niacin), hanya untuk ilustrasi

Pada posting sebelumnya (silahkan baca: Mengapa Pankreas Pasien Diabetes Type 2 Kurang Menghasilkan Insulin? - Diabetes 3), kami nenekankan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi “sel beta” untuk memproduksi insulin dalam pankreas.

Faktor faktor yang merusak “sel beta” dapat dibedakan paling tidak dalam tiga kelompok:
- Secara medis dan pharmacy
- Biologi atau metabolik
- Faktor lingkungan

Kita akan berdiskusi tentang efek obat terhadap “sel beta.” Beberapa obat yang memiliki efek negatif terhadap sel beta adalah:

- obat antimicrobial
- obat antidepressants
- Niacin (vitamin B3)
- obat anti seizure (sakit Parkinson)
- Obat HIV
- Obat Pneumonia seperti Pentamidine
- Glucocorticoids (obat asthma and rheumatic arthritis)
- Statin


Tablet Statin (credit to AARP)

Dua obat yang mendapat perhatian untuk kasus ini adalah Statin dan Niacin. Keduanya diberikan oleh dokter untuk menurunkan kandungan kolesterol dalam darah.

Niacin adalah suplemen, artinya bahwa kita bisa membeli tanpa resep dokter. Dijual baik di apotik maupun di toko obat (di Amerika, bahkan dijual di kedai makanan)

Statin adalah obat yang harus dengan resep dokter. Selain untuk mengontrol kolesterol, Statin juga dipakai untuk melindungi jantung, dan menghindari stroke. Sangat disayangkan, Statin diduga bisa menyebabkan sakit diabetes.

Niacin sebagai Vitamin B3 adalah suplemen yang dapat mengurangi sakit arthritis dan menstimulasi fungsi otak. Dosis yang disarankan adalah 15 mg per hari.

Efek negatif Niacin adalah bisa meningkatkan kadar gula dalam darah. Dengan demikian bisa merusak sel beta, kemudian mempengaruhi pasien diabetes.

Terakhir, setiap pasien diabetes sebaiknya menyadari tentang efek negatif dari berbagai obat. Jika ragu, sebaiknya tanya dokter.

# Diterjemahkan dan dimodifikasi dari judul asli:

Sunday, January 5, 2020

Mengapa Pankreas Pasien Diabetes Type 2 Kurang Menghasilkan Insulin? - Sakit Diabetes 3

Organ Pankreas yang memproduksi insulin (credit to Alamy)

Anda mungkin sudah tahu bahwa insulin adalah hormon penting membawa glukosa dari darah ke dalam sel, kemudian dipecah di dalam mitochondria sebagai sumber energi, untuk kemudian dipakai oleh tubuh.

Glukosa juga disimpan di dalam sel untuk digunakan dikemudian hari. Dengan demikian insulin akan mempertahankan gula darah pada level normal, tidak rendah (hypoglycemia) atau tidak tinggi (hyperglycemia).

Adalah fakta, orang yang mengidap diabetes type 2 memiliki pankreas yang sedikit memproduksi insulin, jika dibandingkan dengan orang normal.

Pertanyaan kemudian, kenapa penderita diabetes type 2 memiliki pankreas yang sedikit memproduksi insulin?

- Umumnya, pankreas berkurang atau berhenti sama sekali memproduksi insulin disebabkan oleh beberapa faktor:
- rusaknya sebagian (bagian tertentu) pankreas karena kanker dan trauma
- efek negatif karena menelan obat tertentu
- penyakit, seperti gangguan hormon
- mutasi gen



Beta cell di dalam pancreas (credit to PLOS Biology)


Jika kita amati, ada bagian pankreas yang terdiri dari titik (area) kecil, disebut dengan istilah “islet.” Ini bagian yang mengandung “beta sel”

Islet adalah area yang memiliki sekitar 50% sampai 70% beta sel yang fungsi utamanya menghasilkan insulin.

Hubungan antara beta sel dan diabetes adalah sebagai berikut:
- Jika beta sel rusak atau menurun fungsi kerjanya, kemudian akan menyebabkan ketergantungan terhadap insulin (diabetes type 1)

- Jika beta sel jumlahnya berkurang (karena yang tumbuh lebih sedikit dari yang mati), kemudian, menyebabkan produksi insulin berkurang (diabetes type 2).

Perlu ditambahkan, defisiensi fungsi beta sel bersama resistensi tubuh terhadap insulin, dapat juga menyebabkan diabetes type 2.

# Artikel ini adalah terjemahan dan modifikasi dari artikel berbahasa Inggris:

Thursday, December 26, 2019

Apakah Ada Hubungan Antara Telur dan Diabetes? - Sakit Diabetes 2

Telur mata sapi, hanya ilustrasi

Study awal sekitar tahun 1970-an menghasilkan dugaan bahwa diabetes type 2 dipicu oleh kolesterol yang terkandung dalam telur.

Tidak hanya diabetes, koleterol pada telur juga diyakini sebagai salah satu penyebab terjadinya penyakit “cardiovascular.”

Dokter kemudian menyarankan kepada penderita diabetes untuk membatasi mengkonsumsi telur.

Kemudian, beberapa pakar kesehatan mengatakan konsumsi sehat adalah 4 telur per minggu atau satu telur dalam dua hari.

Tapi, dari hasil penelitian terbaru, ilmuwan merasa ragu bahwa ada hubungan antara konsumsi telur dan diabetes.

Dengan demikian, mitos tentang telur yang menyebabkan diabetes (terutama diabetes type 2) telah terbantahkan.


Telur kaya dengan kandungan nutrisi, diantaranya:
- rendah kadar karbohidrat (0.4 gr)
- rendah kalori (80 cal)
- Kolesterol sebanyak 216 mg
- 1.8 gram saturated fat

Perlu ditambahkan bahwa telur adalah sumber vitamin D, asam lemak dan protein yang sangat penting untuk:
- memperkuat tulang
- pengangkut oksigen dan sumber energy (jika tidak ada glucose)
- memperbaiki dan menumbuhkan jaringan tubuh
- memformulasi hormon dan enzym

Mengingat kandungan kolesterol dan lemak jenuh, pakar gizi memberi rekomendasi:
- untuk mengkonsumsi 300 mg kolesterol per hari (sebenarnya tidak ada batasan khusus untuk mengkonsumsi kolesterol di Amerika)
- mengkonsumsi 11 sampai 13 gr lemak jenuh per hari.

Sangat disarankan agar mengkonsumsi makanan yang rendah kalori dan karbohidrat untuk mengontrol fluktuasi gula darah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makan 1 butir telur setiap hari sangat baik untuk penderita diabetes.

# Artikel ini adalah terjemahan dan modifikasi dari artikel berbahasa Inggris:

Sunday, December 15, 2019

Apa yang Dimaksud dengan Diabetes type 2? - Sakit Diabetes 1

Kue dengan kadar gula tinggi, hanya ilustrasi

Diabetes type 2 adalah penyakit diabetes yang terjadi bila gula darah meningkat di atas normal (tidak terkontrol), juga disebut dengan istilah “hyperglycemia.”

Gula darah normal berada pada kisaran antara 70 mg/dL sampai 130 mg/dL (sebelum makan) dan 70 mg/dL sampai 180 mg/dL (setelah makan).

Jika di atas 130 mg/dL atau 180 mg/dL disebut “hyperglycemia,” sedangkan dibawah 70 mg/dL disebut dengan istilah “hypoglycemia.”

Di dunia, ada sekitar 400 juta penderita diabetes type 2 pada tahun 2015, dan bertambah menjadi 463 juta jiwa tahun 2019. Angka ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 10,3 juta jiwa menderita diabetes, di-estimasi akan bertambah menjadi 16,7 juta pada tahun 2045 nanti.

Saat ini, Indonesia menempati urutan ke 6 di dunia sebagai negara yang penduduknya terkena sakit diabetes. 


Aneka “candy” yang dijual di pasar Amerika, hanya ilustrasi.

Di Amerika, jumlah orang yang didiagnosa menderita diabetes type 2 sekitar 30.3 juta jiwa, dan 80 juta pada tahapan “pre-diabetes” pada tahun 2015.

Sama dengan di belahan dunia lain, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Bagaimana orang bisa terkena sakit diabetes? Jawaban dasarnya adalah karena tubuh tidak efectif dalam menggunakan insulin.

Awalnya, “pancreas” memproduksi insulin sesuai kebutuhan. Karena tubuh tidak efektif “menggunakannya,” kemudian produksi insulin ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Sampai ke waktu tertentu (lama lama kemudian), kemampuan “pancreas” untuk menghasilkan insulin menurun.

Akibatnya apa? Gula darah tidak bisa dikontrol ke level normal. Setelah makan, makan gula darah akan meningkat tajam.

Faktor penyebab (risk factors) diabetes type 2 adalah sebagai berikut:
- badan terlalu gemuk (over weight)
- kurang aktif secara fisik
- diet buruk (diantaranya, konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi).

Faktor lain yang bisa “mendorong” terkena diabetes type 2 adalah:
- usia
- genetik atau turunan (ada anggota keluarga dekat yang terkena diabetes)
- etnis tertentu
- tekanan darah tinggi

# Artikel ini adalah terjemahan dan modifikasi dari artikel berbahasa Inggris: