Ekonomi di sebuah negara “dapat” dikatakan resesi, jika terjadi penurunan “GDP” (Gross Domestic Product) selama dua kuartal berturut turut.
Indikator lain “bisa” juga dilihat, diantaranya:
- pertumbuhan ekonomi mengalami “contraction.”
- produksi dan konsumsi merosot tajam
- tingkat pengangguran tinggi
Tidak perlu ada pengakuan dari pemerintah atau siapapun. Anda sendiri bisa menebak, sekaligus merasakannya, apakah ekonomi kita masuk ke zona resesi atau tidak?
Di tengah kesuraman, ternyata ada hal mengejutkan, diantarnya ada tiga “peristiwa” yang positif atau boleh dikatakan “spectacular” saat ini (tahun 2020).
Apa yang tiga itu?
1- Indonesia mengekspor beras
2- Produksi padi kita meningkat
3- Sumbangan sektor pertanian positif pada GDP.
Apakah ada implikasi politiknya?
-----------------------------
Ya, Indonesia berhasil mengekspor beras, meskipun jumlahnya 20 ton ke Singapura.
Sementara itu, Arab Saudi juga berhasrat memberi beras dari Indonesia sebesar 100 ribu ton.
Ekspor ini bisa terjadi karena Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi dari 54,6 juta ton tahun 2019, menjadi 55,16 juta ton sekarang.
Tak kalah mengejutkan adalah sumbangan pertanian terhadap GDP sebanyak +2,15% (plus 2,15 persen).
Bandingkan dengan sektor sektor lain yang sangat BURUK kinerjanya. Tidak ada kontribusi sama sekali, malah minus (tekor):
- perdagangan -5,03% (minus 5,03 persen).
- konstruksi -4,52% (minus 4,52 persen)
- jasa keuangan -0,95% minus 0,95 persen)
Jika hal ini bisa bertahan, apalagi meningkat sampai 2024, tentu sangat berdampak pada dunia politik.
Sektor pertanian akan menjadi jualan “manjur” pileg, pilkada dan pilpres tahun 2024.
Jokowi punya tarian “maut” yang sangat menentukan di tahun 2024 nanti.
Luar biasa!!