Krisis energi, dimana “demand” meningkat, tetapi “supply” hampir sama atau tetap, sudah mulai dirasakan di berbagai belahan dunia.
Di China sudah terjadi pemadaman listrik secara bergiliran, karena kurangnya pasokan energi. Mirip mirip Indonesia yang kerap mati lampu
Di Amerika Serikat sendiri, berdasarkan catatan kami, harga bensin (premium, non lead) Rp 6.300 per liter pada tahun 2020.
Hari ini ketika mengisi bensin di stasiun penjualan minyak (SPBU), harga sekitar Rp 10.600 per liter.
Kenaikan lebih dari 60% sejak tahun lalu.
Dengan kenaikan harga BBM ini, efek langsung yang dirasakan yaitu naiknya harga barang konsumsi.
Inflasi naik dari 1,2% tahun lalu menjadi 5,25% hari ini.
Bagaimana dengan Indonesia?
Apakah BBM akan naik dalam waktu dekat atau beberapa hari ke depan?
Bagaimana efeknya terhadap pemulihan ekonomi Indonesia?
Soal meningkatnya inflasi ini juga dirasakan Inggris, bahkan terjadi gejala “stagflation” saat ini.
Apa itu “stagflation?”
Inflasi naik, tetapi pertumbuhan ekonomi tetap, dan bahkan minus.
Selanjutnya, untuk kasus Indonesia, “hampir pasti” BBM akan naik. Kenapa begitu?
Karena anggaran subsidi BBM sebesar Rp 134 Triliun untuk harga minyak mentah sekitar US$50 per barel.
Hari ini harga minyak mentah sudah menembus US$80 per barel, dan sangat mungkin menembus US$100 per barel.
Jika ini terjadi, maka BBM akan PASTI naik. Kemudian pertanyaannya, bagaimana mencegah BBM naik?
Jawaban sederhana adalah dibutuhkan subsidi sebesar 2 kali Rp134 Triliun atau Rp268 Triliun atau mungkin lebih.
Apakah presiden Jokowi mau?
wallahualam bissawab!
- target pertumbuhan 7% mustahil tercapai.