Sawan Fibrosis

Tuesday, October 1, 2019

Indonesia Lebih Korup Dari Negara Afrika: Jokowi Lebih Diktator dari Suharto

Protes mahasiswa dan pelajar

Transparency International, sebuah badan internationa menerbitkan “Corruption Perception Index” setiap tahun.

Untuk tahun 2018, ranking dibuat dari nomor 1 (terbersih) sampai 180 (terkorup).

Uniknya, korupsi juga dikaitkan dengan demokrasi, semakin korup sebuah negara, maka demokrasi dalam krisis.

Artinya? Negara yang KORUP, di-indikasikan dipimpin oleh seorang DIKTATOR.

Mari kita lihat data tahun 1997, setahun sebelum Suharto lengser. Dan data tahun 2018, setahun sebelum Jokowi melanjutkan periode ke-2.

Tahun 1997, Indonesia ranking 46 (agak bersih).
Tahun 2018, Indonesia ranking 89 (korupsi gila gilaan)
---------------------------------------------------------------------------

Dari ranking korupsi, sudah barang tentu, era Jokowi lebih KORUP dari era Suharto. 

MENGERIKAN, ternyata Indonesia dibawah presiden Jokowi lebih KORUP.
Data MEMBUKTIKAN bahwa SUHARTO jauh lebih BERSIH.

Sungguh diluar dugaan!
----------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih MEMALUKAN, ada 12 negara negara Afrika “agak bersih” dibandingkan Indonesia yang KORUP di era Jokowi.

Ini negara negara Afrika tersebut:
Seychelles, ranking 28
Botswana, ranking 34
Cabo Verde, rangking 45
Rwanda, ranking 48
Mauritius, ranking 56
Sao Tome and Principe, ranking 64
Senegal: 67
South Africa: 73
Burkina Faso: 78
Ghana: 79
Lesotho: 82
Benin: 85
------------------------------------------------------------

Fakta fakta, hanya di era Jokowi:
1. ada belasan juta DPT bermasalah
2. orang gila bisa memilih
3. penghitungan suara banyak bermasalah di banyak tempat
4. umumnya, hanya di negara negara DIKTATOR, sang diktator bisa menang 90% di banyak TPS bahkan kabupaten.

Masa sih ini dibilang demokrasi?
------------------------------------------------------------

Di era reformasi, hanya presiden Jokowi yang MEMBUNUH demonstran:
- peristiwa 21 Mei 2019. Belasan pendemo mati dibunuh. Bahkan seorang remaja mesjid mati dibunuh ketika membersihkan Mesjid

- saat ini, demo bulan September, dua mahasiswa mati dibunuh. Ribuan luka luka dihajar pentungan dan gas air mata.
---------------------------------------------------

Apa hubungannya dengan demokrasi dan diktator?

Ini kata lembaga Transparency International, saya kutip: “the countinued failure of most countries to significantly control corruption is contributing to a crisis in democracy around the globe.”

Ada benang merah antara KORUPSI dan Demokrasi. Negara Korup dipimpin oleh KORUPTOR yang DIKTATOR.
--------------------------------------------------------

Sejarah membuktikan seorang KORUPTOR dan DIKTATOR akan dilawan dimanapun dan kapanpun!!

Saturday, September 21, 2019

Muka Badak Dicinta, Sumatra Punya Badak pun Punah

Badak dan Hutan Dibakar

Anda pasti tahu istilah “MUKA BADAK.” Benar, kata Muka Badak ditujukan kepada orang orang yang melakukan kesalahan secara berulang ulang, tapi TIDAK MALU.

Si Muka Badak ini, bukan hanya Tidak Tahu Malu, tapi juga sakti: KEBAL terhadap apapun seperti KULIT Badak.

Entah kenapa pelaku pembakaran hutan yang meluluh lantakkan hutan tropis ini dapat perlakuan ISTIMEWA.

Bahkan, ketika negara tetangga PROTES karena asap hutan yang terbakar, tiba tiba ada suara NYARING membela: loh, kan pembakar hutan itu dari negara anda!!
-----------------------------------------------

Orang yang MEMBELA, melindungi sekaligus mencintai si Muka Badak ini, kira kira disebut apa ya?:
- Muka Badak juga?
- Mbah Muka Badak?

Soalnnya bukan hanya Tidak Tahu Malu, tapi malah memelihara PEMBAKAR rumahnya sendiri.

Apa? Rumah? Rumah sendiri?

Ya, ibarat rumah sendiri didatangani MALING (mengambil harta kekayaan hutan), kemudian MEMBAKARnya pula
-----------------------------------------------------------

Apa hubungan kebakaran hutan dengan Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)?

Bayangkan saja panjang pulau Sumatra itu 1790 km, luasnya 47 juta hektar, hampir dua kali pulau Jawa.

Tapi, jumlah Badak Sumatra tinggal 80 ekor saja. Ini data dari WWF dan International Rhino Foundation.

Angka ini turun dari tahun ke tahun. Hutan yang DIBAKAR setiap tahun adalah salah satu sebab Badak Sumatra hampir PUNAH.
------------------------------------------------

Tahun 2008, ada 50 ekor Badak liar di Kalimantan, setalah 7 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2015 dinyatakan PUNAH.

Sudah TIDAK ada Badak Liar di Pulau Kalimantan (Silahkan baca The Star).

Setelah Punah di Kalimantan, hanya menghitung hari saja akan juga PUNAH di Sumatra.
----------------------------------------

Ketika Badak PUNAH, yang tersisa hanya MUKA BADAK dan MBAH MUKA BADAK!!

Tuesday, September 10, 2019

Pilgub Kepri 2020 - Bersaing, Bergandeng atau Bertahan?

Kepala daerah tingkat 2

Fakta penguasaan logistik (anggaran) dan birokrasi sampai ke tingkat desa adalah indikasi kuat pilgub Kepri dimenangkan oleh “incumbent” tiga kali berturut turut.

Dengan “framing” ini, maka yang berpotensi untuk mengalahkan “incumbent” adalah ekskutif tingkat dua (bupati dan walikota).

Sudah kita bahas peluang Walikota Batam dan Bupati Karimun di tulisan sebelumnya. Pembahasan juga termasuk peluang berdasarkan jumlah penduduk atau DPT.

Pertanyaannya kemudian, siapa lagi yang berpotensi menang lawan “incumbent?” Ini dia:
- Syahrul, Walikota Tanjung Pinang dengan DPT: 145 ribu
- Apri Sujadi, Bupati Bintan dengan DPT: 98 ribu

Keunggulan dua orang ini adalah memperoleh jabatan mereka dengan suara pemilihan langsung.

Bahkan Syahrul dua kali ikut pilwako (sebagai wakil dan walikota) secara langsung. Selain Pilkada, Apri Sujadi juga ikut pileg tingkat propinsi.

Mereka punya pengalaman dalam menjalankan strategi untuk menarik suara konstituen secara langsung.

Keistimewaan lain, kedua mereka adalah juga ketua partai politik, Gerindra dan Demokrat.

Masa sih cuma keunggulan? Apa kelemahan mereka?:
- Ya, kembali lagi ke soal logistik dan penguasaan birokrasi se propinsi Kepri
- Jika digabung suara DPT Bintan + Tanjung pinang, hanya 243 ribu (Bandingkan dengan Batam yang 638 ribu).

Teori evolusi (Chales Darwin), Psikologi (Sigmund Freud) dan ekonomi (klasik maupun moderen) menyatakan bahwa orang yang selamat atau yang menang adalah mereka mereka yang RASIONAL.

Jadi, apa RASIONALISASI Syahrul dan Apri Sujadi dalam konteks Pilgub Kepri 2020?
- Tidak akan BERSAING dengan Incumbent.
- Kemungkinan, hanya mau BERGANDENG dengan incumbent.
- Lebih menggiurkan dengan posisi BERTAHAN seperti sekarang sampai dua periode (Raja di raja di wilayah tingkat 2).

Selanjutnya, ada banyak nama nama beredar di masyarakat sebagai calon gubernur Kepri, diantaranya:
- Huzrin Hood
- Ismeth Abdullah
- Ansar Ahmad
- Soerya Respationo

Kita akan bahas sejauh mana peluang mereka di pilkada Kepri 2020 pada tulisan berikutnya.

Sunday, August 25, 2019

Pilgub Kepri 2020 - M.Rudi, Peluang dan Rasionalisasi

Walikota Batam dan Bupati Karimun

Sebelum kita bahas, siapa yang berpeluang mengalahkan “wonder boy,” Isdianto, mari kita lihat fakta fakta.

Di data nasional untuk pilgub maupun pilkada TK 2, pertahana itu menang 70%.

Jika kita fokuskan ke pilgub Kepri yang sudah berlangsung 3 kali, pertahana itu MENANG 100%.

Artinya apa? Semua pertahana pilgub Kepri MENANG. Mau BUKTI?:
1. Ismeth (Pertahana) – M.Sani (Bupati), pilgub pertama, kategori pertahana karena Ismeth adalah Penjabat gubernur

2. M. Sani (Wakil Gubernur) – Soerya (Legeslatif, Ketua Parpol), kategori pertahana karena M. Sani praktis sebagai Gubernur. Gubernur sendiri sedang menghadapi masalah hukum saat itu.


3. M. Sani (Gubernur) – Nurdin Basirun (Bupati). Jelas pertahana.

Pertahana artinya adalah ekskutif. Apa keunggulan ekskutif? Ini dia:
- Menguasai logistik (politik anggaran)
- Menguasai birokrasi di semua kabupaten dan kota madya yang ada di Kepri
- Ketua Forkopimda, diantara anggotanya adalah aparat Kepolisian dan TNI

Dari “intro” di atas, jawaban pertanyaan: siapa yang “berpeluang” mengalahkan “wonder boy,” Isdianto? Tentu bisa dijawab dengan gamblang.

Perlu diingat, kata “peluang” bukan berarti bisa atau pasti mengalahkan pertahana. Peluang tetap ”30%”

Ada judul judul berita di berbagai media di Kepri, diantaranya:
- Branding Personal Rudi Sinyal Kuat Maju ke Pilkada Kepri
- Dikabarkan Maju Pilgub Kepri 2020 Dampingi Rudi, Ini Tanggapan Bupati Karimun Aunur Rafiq

Kesimpulan yang dapat ditarik dari dua judul berita di atas adalah:
- Rudi, walikota Batam merasa punya “peluang” menjadi gubernur Kepri.

Apa “rasionalisasi” walikota Batam sehingga merasa berpeluang menjadi gubernur? Jelasnya adalah penduduk dan sekaligus DPT Batam terbesar di Kepri.

Terus, rasionalisasi memilih Bupati Karimun sebagai pendamping?
- psywar terhadap Plt Isdianto yang juga putra daerah Karimun.
- tak PD jika sendirian menghadapi Plt yang menguasai 6 daerah TK II (Natuna, Anambas, Lingga, Bintan, Tanjung Pinang dan Karimun) lainnya.

Apa pula rasionalisasi bupati karimun menolak jadi calon wakil gubernur Rudi?
- peluang yang hanya 30%
- lebih aman di posisi bupati, daripada mencari jabatan wakil gubernur yang tak jelas.
- tak mau seperti pepatah Melayu: Mendengar guruh di langit, air di tempayan langsung dibuang.


Siapa lagi yang “berpeluang” berlaga di pilgub Kepri 2020? Kita lanjutkan di tulisan berikutnya. 

Thursday, August 22, 2019

Pilpres USA 2020 - OTAK Sangat Menentukan

Calon presiden dari partai Demokrat

Apa yang paling menentukan dalam Pilpres di negara negara demokrasi seperti di Amerika Serikat?

Jawabnya adalah: OTAK

Kenapa dengan OTAK? Dengan Otak, bisa mengemukakan gagasan dan ide ide untuk memecahkan masalah saat ini dan apa yang terbaik ke depannya!

Setelah OTAK, Gagasan dan ide, apakah yang lain tak perlu? Perlu dong. Apa itu?:
- Money
- Duit
- Uang
- Piti
- Hepeng
- Artos

Uang tersebut dipakai untuk apa saja? Diantaranya adalah untuk:
- membayar konsultan, analist dan strategis
- membayar pengamat dan tukang debat yang cuap cuap di media: TV, Koran, Radio
- membayar penggerak/koordinator sukarelawan (di setiap provinsi atau kabupaten, ada beberapa koordinator yang dibayar untuk mengkoordinasi sukarelawan).
- membayar iklan di TV, koran dan radio
- biaya transportasi dan akomodasi

Bagaimana cara mendapatkan UANG kampanye? Menjual OTAK, yaitu gagasan dan ide ide inovatif.

Debat Capres adalah cara tepat menjual OTAK dengan gagasannya. Ide ide satu calon, kemudian didebat dan dibantah oleh calon calon presiden lainnya.

Siapa yang OTAK-nya cemerlang, maka akan mengalir: DUIT, PITI, Uang.

Dari mana saja uang itu datang mengalir?:
- Dari rakyat yang kagum dengan OTAK dan gagasan Capres.
- Dari LSM yang merasa satu perjuangan
- Dari Perusahaan yang merasa ide ide Capres cocok dengan usaha mereka.
- Dari siapa saja.

Partai Demokrat menggelar 10 kali debat untuk mendapatkan CALON presiden yang akan menantang presiden Donald Trump tahun 2020.

Debat sudah berlangsung dua kali, untuk masuk ke debat ketiga, maka Calon presiden harus punya minimal:
- Dana Kampanye yang disumbangkan oleh paling sedikit 130 ribu penyumbang (rakyat, LSM, perusahaan dan pihak pihak terkait).

- minimal punya 2% suara dari 4 survei terakhir.

# Di Amerika, TIDAK ada calon presiden yang masuk gorong gorong, jual janji KARTU sakti, dan janji janji tak masuk akal.

## Pemilihan Gubernur-pun mirip dengan Pilpres dalam hal cara cara mendapatkan dana kampanye.

### Incumbent yang pakai fasilitas negara seperti pesawat terbang, HARUS bayar pakai duit kampanye.

Sunday, August 11, 2019

Pilgub Kepri 2020 - Sekali Kongres, Dua Presiden Mendukung Kader Di Pilkada

Plt Gubernur Kepri dan istri

Tak mantan (Megawati), tak presiden (Jokowi), dua duanya dalam satu Kongres PDIP di Bali, sama sama memberikan poin penting dalam pidato mereka, yaitu: MENDUKUNG penuh kader kader PDIP yang maju di Pilkada 2020.

Hal ini diaminkan oleh Sekjen, Hasto Kristiyanto di beberapa interview selama kongres.

PDIP sangat menyadari, diantara KUNCI kemenangan pileg dan pilpres adalah “penguasaan lapangan.” Gain ground dalam istilah pilpres dan pileg Amerika

--------------------------------------------------------

Keseriusan PDIP menorehkan kemenangan di setiap Pilkada dimulai dari tahun 2013, dan terus dilanjutkan sampai saat ini.

Tahun 2013, Jokowi ikut langsung terjun di Pilkada Jateng, begitu juga dengan Megawati serta pengurus pusat PDIP, dan di kemudian hari selalu terlibat langsung di banyak pilkada.

Kerja keras PDIP menghasilkan “buah manis,” diantaranya pengusaan Jawa Tengah. Selain kursi gubernur, ada 18 kepala daerah tingkat II Jateng dikuasai oleh kader kader PDIP.

Kita ketahui bersama, salah satu kunci kemenangan Jokowi dan PDIP di pilpres dan pileg 2019 adalah Jawa Tengah.
----------------------------------------------------------------------

Kemudian, apa hubungannya dengan Pilgub Kepri 2020?

Isdianto, Plt Gubernur Kepri adalah kader PDIP.

Sebagai kader, jika Isdianto “maju,” tentu saja dengan restu pengurus (tingkat pusat dan daerah), maka PDIP termasuk presiden Jokowi akan “all out” atau secara TOTAL akan memenangkan kadernya.

Presiden Jokowi dalam poin pidatonya, selain akan berusaha memenangkan Pilkada 2020, juga akan memastikan kemenangan PDIP tahun 2024.

Kemenangan di Pilkada, termasuk di Kepri adalah “pondasi” kokoh untuk memenangkan pemilu dan pilpres 2024.
--------------------------------------------------------------------------------
Apakah calon lain TIDAK punya peluang di Pilkada Kepri 2020?

Mari kita bahas di artikel berikutnya!

# Tulisan ini adalah bagian dari serial tulisan tentang Pilgub Kepri 2020.

Monday, July 29, 2019

Pertemuan Prabowo-Mega, Mengulang Sejarah Leluhur?

Prabowo dan Megawati

Sekedar kilas balik bahwa Margono Djojohadikusumo (Kakek Prabowo Subianto) dan Sukarno (ayah Megawati) adalah anggota Badan Penyelidik Usaha usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKI).

Anggota BPUKI adalah “founding fathers” yaitu bapak pendiri Republik Indonesia. Tanpa mereka, negara Indonesia TIDAK pernah ada.

Apa saja tugas tugas BPUKI dalam proses membidani kelahiran Republik? Ini diantaranya:
- Mempelajari aspek politik
- Mendalami kekuatan ekonomi
- Mempersiapkan tata pemerintahan
- Membahas hal hal yang dianggap penting untuk rakyat dan Republik Indonesia.
----------------------------------------------------------------------------------

Apa relevansinya pertemuan Mega-Prabowo Djojohadikusumo dan Sukarno-Margono Djojohadikusumo?

Jelas bahwa Megawati adalah pimpinan partai terbesar, sedangkan Prabowo menakhodai partai terbesar kedua di Republik ini.

Wajar wajar saja dua pimpinan partai politik TERBESAR (PDI-P dan Gerindra) bertemu, dan kemudian membahas aspek politik, ekonomi, tata pemerintahan dan hal hal yang dianggap penting untuk Republik.
------------------------------------------------------------------------------------

Memangnya sebaiknya mereka membahas apa, jika bukan pada topik topik yang berkaitan dengan kepentingan Republik?

Apapun yang mau mereka bahas syah syah saja.

Namanya saja “turunan” pendiri Republik. Mereka punya kewajiban dan tanggung jawab MORAL demi kelangsungan hidup negeri ini.

Termasuk membahas kursi? Jika ya, apanya yang salah?

Apa membahas “kursi” itu cuma hak partai partai GUREM? Cuma yang boleh duduk di “kursi” itu partai pinggiran dan ingusan?

Partai yang barusan lahir kemaren, seperti bayi, “meraung raung” minta duduk di “kursi.” Tidak lulus “threshold” pula.

Sementara, pimpinan partai TERBESAR di Republik ini (PDI-P dan Gerindra), masa sihcuma boleh “planga plongo?”
------------------------------------------------------------------------

Kita, rakyat, semestinya berterima kasih. Dua orang turunan “founding fathers” dan dua orang pimpinan partai pemenang, mau bertemu dan mau membahas apa saja demi kepentingan Republik!

Lanjutkan pak Prabowo dan Bu Megawati!!