Sawan Fibrosis: Pilgub Kepri 2020
Showing posts with label Pilgub Kepri 2020. Show all posts
Showing posts with label Pilgub Kepri 2020. Show all posts

Thursday, December 3, 2020

Pengaruh Tokoh Masyarakat dan Kalimat Isdianto – Saya Tidak HAUS Jabatan

Fig 01- Huzrin Hood dan tokoh masyarakat Kepri mendukung INSANI

Ada pesan singkat Isdianto disebuah media virtual dan audio: "Kalau haus cepat minum air, Jangan haus kekuasaan, bikin rakyat kecewa.."

Sepintas sangat sederhana, tetapi untuk masyarakat yang mengerti politik kekinian Kepri, kalimat ini seperti pisau tajam yang “merobek” dada salah satu paslon.

Sekaligus pesan moral yang "menerobos" dan "menggema" di ruang publik dan pribadi masyarakat Kepri 

Di media lain, ada wawancara yang mengungangkap bahwa istrinya, Rosmeri ditawarkan sebuah parpol untuk maju di pemilihan bupati Tanjung Balai Karimun.

Tentu saja “bujuk rayu” ini ditolak mentah mentah oleh keluarga besar Isdianto. Mereka TIDAK ingin memberi kesan publik bahwa keluarga Isdianto – M Sani SERAKAH jabatan.

------------------------------

Dari segi “traffic” dan jejak “image” digital, terlihat jelas kenaikan ANGKA yang sangat berarti untuk INSANI. Sekarang di posisi PUNCAK:

- Isdianto – Suryani: 53%

- Ansar – Marlin: 31%

- Soerya – Iman: 16%

Apa penyebab lain dari naiknya traffic dan jejak “image” digital Isdianto – Suryani?


Fig 02- Isdianto – Suryani unggul dibangding pasangan lain.

Dukungan mantan presiden George Bush beserta keluarga, serta mantan menteri di kabinetnya membuktikan ada pengaruhnya, dan menjadi salah satu faktor kemenangan pasangan Joe Biden – Kamala Harris.

Mengalirnya dukungan dari berbagai tokoh masyarakat seperti Huzrin Hood beserta keluarga besar Hood, Andi Anhar dan ketua LAM Kepri, Abdul Razak punya implikasi BESAR.

Ada bukti?


Fig 03- Efek Ismeth Abdullah semakin menunjukkan angka fantastik di Batam

Lihat saja traffic digital seperti pada Fig 02, dimana INSANI melewati angka “magic number,” yaitu 53%

Pada tulisan lalu, saya sebutkan bahwa efek debat Sinergi yang tampil “baik” bisa dihadang oleh Ismeth Abdullah yang langsung turun kampanye di Batam.


Fig 04- Pasangan AMAN unggul di Tanjung Pinang.

Padahal kita tahu bahwa baik PDIP dan Gerindra memiliki basis kuat di Batam, semestinya Sinergi menduduki posisi puncak di Batam. Anehnya, malah berada di urutan ke 3 (silahkan baca: Efek Debat dan Ismeth Abdullah- Imbang Antara INSANI dan AMAN).

Selanjutnya, sudah semestinya AMAN menduduki angka tinggi di Tanjung Pinang dan Bintan. Karena kota kelahiran sekaligus wilayah kerja.

Sekali lagi, ini bukan survey, hanya untuk mengetahui “mood” atau “gairah” masyarakat Kepri terhadap masing masing paslon gubernur Kepri.

Mari kita tunggu hasil pasti setelah tanggal 9 Desember 2020!!

Thursday, November 26, 2020

Efek Debat dan Ismeth Abdullah- Imbang Antara INSANI dan AMAN

Fig 01- Baru satu “striker,” yaitu Ismeth Abdullah yang turun lapangan.

Setelah debat, terasa dinamika pilgub 2020, paling tidak secara “traffic” dan “jejak images” digital.

Efek debat tersebut menguntungkan pasangan Ansar – Marlin di level propinsi (secara keseluruhan) dan di tingkat Kotamadya Tanjung Pinang.

Jika dibuat “highlight” dari persaingan Pilgub Kepri sampai saat ini adalah sebagai berikut:

1) Di level propinsi Kepri, Ansar – Marlin BISA mengimbangi INSANI dengan persentase:

- Isdianto – Suryani : 38%

- Ansar – Marlin: 38%

- Soerya – Iman: 24%


2) Ansar – Marlin unggul di Tanjung Pinang dengan angka 51%

3) Pasangan Soerya – Iman hanya meningkat 6% di Batam, dari 18% menjadi 24%.

Apa kira kira penjelasan yang dapat dikemukakan atas angka angka ini, selain efek dari DEBAT minggu lalu?


Fig 02- Grafik traffic INSANI, AMAN dan SINERGI di Provinsi Kepri

Selain efek debat, Ansar - Marlin juga kelihatan paling rajin turun ke lapangan. Hampir rata semua kabupaten, kotamadya, kecamatan dan desa di Kepri mereka kunjungi.

Berdasarkan catatan Bawaslu, paslon gubernur yang melakukan kampanye tatap muka dalam sebulan terakhir adalah:

- Ansar Ahmad sebanyak 136 kali

- Isdianto – Insani sebanyak 17 kali

- Soerya – Iman sebanyak 3 kali. 


Fig 03- Ansar – Marlin, unggul dengan angka 51% di Tanjungpinang

Pada posting yang berjudul : Pilgub Kepri 2020 – Angka “BRUTAL dan Berdarah Darah” di Tanjungpinang, paslon Ansar – Marlin hanya mendapat angka 0%, sekarang “menyodok” di angka 51%. Magic number. 


Fig 04- Soerya – Iman masih kesulitan di Batam.

Anehnya, angka Soerya – Iman di basisnya yaitu Batam TIDAK ada kemajuan sama sekali setelah debat. Hanya meningkat 6% dari 18% menjadi 24%.

Kira kira apa penyebabnya?

Pertama, karena jumlah kampanye Soerya – Iman sangat minim, baik secara terbatas maupun tatap muka terbuka. Bandingkan dengan kampanye Suryani yang bisa 14 titik sehari di Batam.

Kedua, adalah faktor Ismeth Abdullah, ibarat permainan sepakbola, mantan gubernur pertama Kepri ini adalah “striker” yang sangat handal. Sehingga bisa mempertahankan INSANI di posisi puncak di Batam sementara waktu.

Selanjutnya, sebenarnya INSANI masih punya dua “penyerang” yang mumpuni, yaitu Huzrin Hood dan Andi Anhar. Mereka masih duduk di bangku cadangan.

Jika dua penyerang ini diturunkan di Tanjungpinang (Andi Anhar), dan Huzrin Hood diturunkan di Tanjung Balai Karimun dan Bintan, maka “permainan” akan semakin seru.

Mari kita saksikan, simak dan nikmati pesta demokrasi ini sambil minum secangkir kopi!!

Sunday, October 18, 2020

Pilgub Kepri 2020 – Angka “BRUTAL dan Berdarah Darah” di Tanjungpinang

 

Calon gubernur Kepri, Isdianto dan Suryani (Credit to Suryani)

Di negara maju, kalau angka “polling” atau suvey tertinggal “double digit” atau 10% ke atas, maka dikatakan “brutal.”

Disebut apa, jika tertinggal “triple digit” atau 100%?

Angka yang “berdarah darah” namanya, atau “bloodbath.” Juga disebut “mandi darah.”

Dalam tujuh hari terakhir ini, “traffic medsos” di Tanjung Pinang, ibukota propinsi Kepri menunjukkan angka:

- Isdianto – Suryani, 100%

- Ansar Ahmad – Marlin, 0%

- Soerya Respationo – Iman, 0%

Di negara maju, jika putra daerah mendapat angka 0% di kota kelahirannya adalah pertanda “petaka” politik.

Kenapa?


Angka yang “brutal dan berdarah darah”

Sebagai putra daerah, berarti anda lahir di kota itu. Otomatis anda punya:

- teman dari TK, SD, SMP dan SMA

- punya tetangga yang mengenal anda.

- punya teman bermain.

Angka 0% berarti PENTUNGAN besar atau anda DIGEBUK habis dari orang orang yang mengenal anda! Ada yang salah dengan diri anda.

TEPONGKENG kata teman saya yang orang Melayu pulau Penyengat!!

BENAR, almarhum M. Sani kalah di tempat kelahirannya tahun 2005. Tapi tidak 0%, angkanya yaitu 49.1% Vs 45.5%.

Kemudian MENANG dua kali berturut turut di Karimun, yaitu tahun 2010 dan 2015. Angka kemenangannya sangat FANTASTIK.

Untuk Pilpres di era reformasi, TIDAK ada presiden yang kalah di tempat kelahirannya. SBY dan Jokowi menang dua kali berturut turut di Jatim dan Jateng.

Kira kira ada sebab lain dari angka 0%?

-------------------------------------------

Silahkan baca media media online, diantaranya: wartakepri; batamclick; lintaskepri dan marwahkepri, dimana hampir semuanya pernah punya berita dengan judul yang hampir sama:

- Milenial Tanjungpinang Salut Isdianto Tak Haus Jabatan

Kata “Tak HAUS Jabatan” menjadi titik fokus perhatian milenial Tanjungpinang dan menjadi fokus judul berita.

Dari sini orang awam BISA menarik kesimpulan bahwa paslon gubernur lain adalah paslon SERAKAH atau TAMAK!!

# Anda CUMA pengemis suara rakyat, tak ada yang perlu anda banggakan.

## Bersambung!!  

Sunday, October 11, 2020

Usungan Partai Vs Rakyat DIPAKSA Memilih

Betapa serakahnya para politikus

Dalil yang dipakai Orde Baru, jika istri, anak dan handai taulan PEJABAT ikut pileg adalah bahwa posisi legislatif (DPRD atau DPR) itu dipilih oleh rakyat.

Silahkan saja JANGAN pilih kalau TIDAK suka.

Begitu juga jabatan di birokrasi. Sesuka hati pejabat saja meletakkan posisi keluarga dan sohibnya.

Setelah KEBENCIAN terhadap orde baru, apakah nepotisme berakhir?

Sekarang, ternyata, alasan yang sama, dan lebih canggih lagi adalah partai punya hak otonomi untuk menetapkan calon.

Kemudian rakyat silahkan pilih. Kemudian lagi dengan kalimat bully:”jangan nyinyir….jangan banyak bacot.”

Jika memang partai punya hak otonomi dan mekanisme tersendiri, pertanyaannya kemudian:

- Kenapa yang resmi diusung partai adalah: istri, anak, menantu, bisan? Apakah semua pengurus partai yang lain BODOH?
- Jika pengurus partai yang lain BODOH, kenapa jadi pengurus?

# Rakyat DIPAKSA memilih istri, anak, bisan dari ketua partai atau pejabat berpengaruh.

- Masa sih ini dikatakan demokrasi?

## 11 October 2020

Friday, October 9, 2020

Pilkada Bintan 2020 – Pengalaman Vs Amatiran – bagian 2

Grafik - Traffic medsos pilkada Bintan selama 7 hari terakhir.

Perlu saya ingatkan bahwa traffic medsos bukan survey. Barangkali, dapat kita samakan dengan “kerumunan” massa kampanye secara fisik.

Artinya, jumlah kerumunan massa, baik di saat kampanye maupun di “traffic medsos,” TIDAK menjamin kemenangan.

Perlu strategi berikutnya, bagaimana perhatian masyarakat di “medsos” serta kerumunan massa saat kampanye itu menjadi massa yang memilih calon yang sedang mereka amati atau perbincangkan.

---------------------------------------------------

Berdasarkan traffic medsos, pasangan Apri – Kurniawan bisa saja dikalahkan oleh “kotak Kosong,” seperti tulisan lalu. Silahkan baca:

Pasangan Apri – Roby DIKALAHKAN oleh Kata “Pilkada Bintan” - bagian 1

Saya kembali melihat “traffic medsos” selama 7 hari terakhir, dari tanggal 2 Oktober sampai 9 Oktober 2020.

Hasilnya?


Dukungan masyarakat Tionghoa Bintan untuk pasangan
Alias Wello – Dalmasri Syam (credit to Batam Pos).

100% atau seluruh pengguna medsos yang tertarik dengan Pilkada Bintan 2020 HANYA memperbincangkan pasangan Alias Wello dan Dalmasri.

Bagaimana dengan pasangan yang menjadi lawan Alias Wello dan Dalmasri?

Menariknya, sepintas melihat status medsos, kata kata yang ditemui untuk menggambarkan pasangan satunya lagi adalah:

- calon karbitan

- anak kemaren sore

- bocah bau kencur

- nepotisme

- politik dinasti

- rakus

- tamak

- macam takde orang lain.


Kira kira, apa maknanya semua ini?

------------------------------------------------------------------

Pengguna medsos menganggap bahwa pasangan Alias Wello dan Dalmasri ibarat “mastero” yang sedang mempraktekkan jurus jurus politik tingkat tinggi.

Bukti hasil jurus politik tingkat “maestero” diantaranya adalah:

- berhasil mendapatkan rekomendasi dari PDIP saat “injury time”

- memperoleh dukungan dari tokoh masyarakat Tionghoa di Bintan.

- mendapatkan “restu” dari Huzrin Hood, tokoh pembentukan provinsi Kepri sekaligus mantan Bupati Kepri (Bintan).

Kemudian, tentu anda bisa menebak siapa yang dimaksud dengan kata kata politik dinasti, nepotisme dan calon karbitan.

Tak sampai di situ, netizenpun mencari jejak jejak janji dan realisasi selama Apri Sujadi menjadi Bupati Bintan.

Perang” data dan informasipun terjadi. Calon pemilih tinggal memilah milah mana yang hanya janji kosong, mana yang ada buktinya, dan mana pula yang menguntungkan masyarakat.

Sampai hari H, akan terjadi kejutan kejutan. Sebagai penonton, mari kita menikmati ini sebagai bagian dari proses demokrasi!!


# Bersambung

Wednesday, September 23, 2020

Pilgub Kepri 2020 – Bisakah Soerya–Iman Mengalahkan Pertahana?

Calon gubernur Kepri 2020 (credit to Seputar Riau)

Ada dua berita yang menarik perhatian dalam pertarungan merebut kursi gubernur Kepri:

1) Ketua DPW Nasdem, Rudi mentargetkan 10% suara untuk Ansar – Marlin di Karimun (Surya Kepri, 26 July 2020).

2) “Pilkada Kepri 2020: Soerya Yakin Menang Mutlak di Karimun” (batamnews, 17 September 2020).

Kabupaten Karimun sangat penting dalam Pilkada Kepri, karena jumlah pemilih kabupaten ini berada di urutan kedua setelah Batam.

Selanjutnya, apa makna dari dua berita di atas?

----------------------------------------

Bisa diartikan bahwa Rudi sudah “menyerah kalah” sebelum bertanding. Istrinya TIDAK bisa bersaing di Karimun, kampung halamannya sendiri.

Kemudian, berita kedua, Soerya Respationo “yakin” menang di Karimun.

Mungkin anda tersentak kaget: Masa sih?

Apa penyebab Soerya merasa yakin, bahkan yakin menang mutlak di Karimun?

Padahal, publik tahu persis, Isdianto (incumbent) adalah putra daerah Karimun.

Bukan itu saja, karier Isdianto boleh dikatakan diawali di Karimun. Mulai dari lurah, camat sampai memegang jabatan di beberapa Dinas (kepala Dinas).

----------------------------------------------

FAKTA BAHWA Soerya bersama Nyat Kadir menang di Karimun dalam Pilgub Kepri tahun 2005.

Persantase kemenangan adalah 49,1%. Sementara saingan terdekat, Ismeth – M.Sani hanya memperoleh angka 45,5%.

Angka ini cukup “significant,” mengingat yang dilawan adalah incumbent (Ismeth Abdullah) dan Bupati sekaligus putra daerah Karimun (M Sani).

Jika saja Soerya bisa mengulang kemenangan di Karimun tahun 2005, apa implikasinya dalam Pilgub 2020?

Pasangan Soerya – Iman berpeluang besar “memecah” tradisi Pilgub Kepri yang selalu dimenangkan oleh Petahana.

Kenapa bisa begitu?

Tunggu jawabannya di tulisan tulisan berikut.

Stay tune !!!

Thursday, September 17, 2020

Pilwako Batam 2020 – Pertahana Merasa Ditikam Dari Belakang

Dua pasang calon walikota Batam (credit to GoKepri)

Pada posting lalu, saya menyinggung soal walikota Batam yang mungkin saja kalah dalam pilkada.

Hal ini bisa terjadi karena praktik nepotisme yaitu Walikota Batam, Rudi “menyorong” istri sendiri untuk maju sebagai calon wakil gubernur kepri:

Pilgub Kepri dan Pilwako Batam 2020 - Akankah Tiga Terjungkal?

Belum satu bulan sejak pendaftaran di KPUD Batam, 4 September 2020, sudah ada riak riak di seputar partai pendukung pertahana.

Menurut berita mainstream, paling sedikit ada dua partai pendukung pertahana yang main dua kaki.

Masyarakat bisa saja menilai ini sebagai bentuk:

- gerakan tikam dari belakang

- musuh dalam selimut

- menggunting dalam lipatan

- dsbnya

Apa implikasinya untuk pasangan pertahana, Rudi – Amsakar, dalam Pilwako Batam?

Google trending yang tidak menguntungkan pertahana

Hal ini akan semakin menguras energi dan mengurangi kosentrasi pertahana dalam Pilwako:

- habis energi untuk mengurus bini dalam Pilkada Kepri sebagai calon wakil gubernur

- ber-akrobat dengan partai pendukung. Sekarang ada dua partai yang mbalelo, bukan mustahil akan bertambah mendekati hari “H” nanti.

Jika dilihat dari Google trending, awalnya Rudi – Amsakar seperti TIDAK terbendung, tapi saat ini terjadi pergeseran persepsi masyarakat secara besar besaran.


# Periode 6 September – 12 September :

- Lukita - Abdul Vs Rudi-Amsakar: 36% Vs 64%


## 13 September – Hari ini :

- Lukita-Abdul Vs Rudi-Amsakar: 50% Vs 50% (berimbang)


Adalah fakta, SDM Batam termasuk yang terbaik di Indonesia. Mereka akan bertanya tanya dan mencari tahu: siapa sebenarnya Rudi, apa yang telah diperjuangkannya untuk Batam, apa policy-nya untuk mengatasi pengangguran di Batam.


Akhirnya, apakah target Rudi – Amsakar menang 62% akan tercapai?

Saturday, September 12, 2020

Pasangan Apri – Roby DIKALAHKAN oleh Kata “Pilkada Bintan” - Bagian 1

Grafik dari Google Trending

Salah satu cara untuk melihat respon masyarakat terhadap suatu peristiwa adalah melalui “Google Trending.”

Benar, ini bukan polling atau survey, hanya untuk mengetahui “trending” perbincangan di media sosial. Sehingga juga bisa diketahui “mood” masyarakat dalam Pilkada misalnya.

Saya mencoba melihat “google trending” dengan kosa kata: Apri – Roby Vs Pilkada Bintan.

Hasilnya sebagai berikut (angka sengaja dibulatkan, hanya untuk tulisan ini):

1) Periode 23 sampai 29 Agustus 2020:

Apri – Roby Vs Pilkada Bintan : 100% Vs 0%


2) Periode 30 Agustus sampai 5 September 2020:

Apri – Roby Vs Pilkada Bintan : 29% Vs 71%


3) Periode 6 September sampai 12 September 2020:

Apri – Roby Vs Pilkada Bintan : 40% Vs 60%


Terlihat jelas, ketika periode sebelum pendaftaran calon bupati Bintan, masyarakat hanya memperbincangkan (100%) pasangan Apri – Roby.

Perbincangan bergeser menjadi “Pilkada Bintan” pada saat pendaftaran calon (71%) dan pasca pendaftaran calon (60%).

Artinya?

Bukan mustahil, jika Apri – Roby melawan “kotak kosong,” pemenangnya adalah KOTAK KOSONG.

Selanjutnya, apakah ini momentum penting untuk pasangan Awe dan Dalmasri yang akhirnya menggantikan Kotak Kosong?

---------------------------------------------------------------

Seperti tulisan sebelumnya bahwa SDM Batam, Bintan, dan Karimun termasuk yang TERBAIK di Indonesia.

Sama saja dengan MERENDAHKAN harkat dan martabat mereka, jika calon calon yang maju berbau NEPOTISME.

Sudah saya singgung di posting sebelumnya:

Pilgub 2020 – Berkaca Pada Pilwako Tanjung Pinang

Pilgub Kepri dan Pilwako Batam 2020 – Akankah Tiga Terjungkal?

Setelah dua tulisan ini, saya memuji Isdianto yang akhirnya mendengar suara masyarakat untuk menolak nepotisme:

Pilgub Kepri 2020 – Sabda Didengar, Rakyat Berbinar

-----------------------------------------------

Perlu diingat, calon nepotisme Aida (pilgub Kepri) dan Maya (Pilwako Tanjung Pinang) tenggelam ditelan masa.

Hukuman masyarakat sangat kejam.

Kembali ke Pilkada Bintan, bagaimana peluang Awe dan Dalmasri setelah berhasil menggantikan kotok kosong?

# Bersambung


Sunday, August 30, 2020

Tradisi Pilgub Kepri – Kombinasi antara Melayu dan Pendatang

Foto hanya ilustrasi saja

Persentase komposisi penduduk kepri berdasarkan etnis adalah sebagai berikut (sudah dibulatkan, hanya untuk posting ini):

- Melayu: 30%

- Jawa: 25%

- Batak: 13%

- Minangkabau: 10%

- Tionghoa: 8%

- Dan lain lain: 14%

Apa makna angka ini dalam Pilgub selama Kepri berdiri?

Pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur, selalu kombinasi antara penduduk tempatan (Melayu) dan pendatang, kekecualian hanya terjadi pada tahun 2015.

Uniknya, yang mendapat TUAH ketika Gubernurnya Melayu, dan Wakilnya Pendatang.

Apakah anda tidak percaya?

Ini daftar gubernur dan wakil gubernur Kepri:

- Tahun 2005: Ismeth Abdullah – M. Sani: Pendatang – Melayu

- Tahun 2010: M. Sani – Soeryo Respationo: Melayu – Pendatang

- Tahun 2015: M. Sani – Basirun: Melayu – Melayu

Saat Gubernur Melayu dan Wakilnya Pendatang (M.Sani – Soeryo R), pemerintahan berjalan mulus, diantaranya TIDAK ada yang ditangkap karena KORUPSI.

Sepertinya, antara suku Melayu dan Pendatang memiliki komitmen tidak tertulis untuk bersama sama membangun tanah Melayu.

Terjadi hubungan “simbiosis mutualisme,” dimana antara suku tempatan dan pendatang merasa saling membutuhkan, dan saling mengisi kekurangan masing masing.

Anehnya, ketika Gubernur Pendatang (2005), dan ketika Gubernur dan Wakilnya dua dua Melayu (2015), maka “PUAKE” pun tiba.

Diantaranya dua orang Gubernur (tahun 2005 dan gubernur pengganti 2015) DIJEBLOSKAN ke penjara.

Bisa saja hal ini adalah KEBETULAN, tapi itulah fakta yang sudah terjadi. Dan data demografi juga mendukung fakta ini.

Bagaimana dengan Pilgub 2020?

Apakah kombinasi Melayu dan Pendatang akan mendapat TUAH, terhindar dari PUAKE bumi Melayu?

Dan kemudian pemerintahannya berjalan MULUS?

Mari kita tunggu!

Friday, July 24, 2020

Pilgub Kepri 2020 – Kudeta Politik yang Gagal Total


Isdianto unggul, hasil survey terkini

Upaya para pesaing untuk membentuk koalisi besar atau memborong semua partai yang ada dapat diibaratkan sebagai upaya “kudeta” politik di Pilgub Kepri 2020.

Kudeta politik juga termasuk mencegah PKS dan Hanura untuk mendukung pasangan “incumbent” dengan Suryani, seorang politisi dan ustadzah handal.

Disamping itu, opini, distorsi dan hoax di-pabrikasi dan disebarluaskan melalui berbagai media, seolah olah “incumbent” batal berlaga karena hasil survey rendah.

Padahal dari keseluhan pilkada di era reformasi, fakta menunjukkan:
- 70% incumbent menang Pilkada di Indonesia
- 100% incumbent MENANG di Pilgub Kepri
- incumbent TIDAK pernah pada posisi rendah di survey (silahkan saja cek).
-----------------------------------------------------

Publik bertanya tanya: “Ada apa?.” Apa yang sebenarnya telah terjadi?
-----------------------------------------------

Jawaban sederhananya adalah: TAKUT….. Takut bersaing secara “fair” dan bermartabat.

Dalam “ketakutan,” cara terbaik adalah main kayu, main kudeta politik.

Pada tanggal 24 Juli 2020, akhirnya keluar pernyataan dari DPW PKS Kepri bahwa Presiden PKS pusat, Muhammad Sohibul Iman sudah secara resmi mendukung Isdianto – Suryani.

Rekomendasi disampaikan secara verbal (melalui telphon), tinggal menunggu rekomendasi tertulis.

Hampir bersamaan, pada tanggal 27 Juli 2020, presiden Jokowi akan melantik Isdianto sebagai gubernur definitif Kepri.

Meskipun Pilgub Kepri akan berlangsung 5 bulan ke depan, arti politik dari pelantikan ini bisa dimaknakan bahwa presiden Jokowi “menginginkan” pembangunan Kepri dilanjutkan oleh “incumbent.”
------------------------------------------------------

Arti lainnya apa?
- Kudeta politik Gagal total
- Ada restu terselubung dari RI1 untuk incumbent

Atas kenyataan ini, akan semakin kentara kepanikan para penantang incumbent. Dalam beberapa hari ini, tanda tanda panik ini terlihat di media sosial.

Para pendukung calon nepotisme seperti “orang mabuk” ber-argumentasi di medsos, diantaranya:

# menjadi calon adalah hak setiap warga negara, walaupun dengan prestasi TERTINGGI sebagai bini pejabat.

# presiden juga begitu, padahal bini presiden selama Indonesia merdeka TIDAK pernah menjadi calon atau calon wakil bupati, gubernur, dan apalagi calon wakil presiden.

# karena rasa benci makanya anti sama praktik nepotisme. Wow. Jadi kita semua harus mencintai nepotisme? Mencintai bini orang?

Selanjutnya?

Mari kita tunggu badut badut nepotisme berakrobat, kita, sudah barang tentu, sambil ngopi dan tertawa terpingkal pingkal membaca argumen pembenaran dari para badut di medsos.

Saturday, July 18, 2020

Pilgub Kepri 2020 – Sabda Didengar, Rakyat Berbinar Binar

Isdianto dan Suryani (credit to KalbarOnline)

Setelah hiruk pikuk akan berpasangan dengan “istri orang,” yang notabene adalah meng-abadikan “nepotisme,” akhirnya Isdianto mendengarkan “sabda” rakyat, sabda langit.

Ini sekaligus sebagai “edukasi” politik yang bisa diselipkan saat kampanye dan temu masyarakat bahwa:
- siapa saja bisa menjadi peserta pilkada asal punya “track record” sebagai pejabat publik, bukan semata mata karena dia ibu rumah tangga dan istri orang (bini pejabat).

Terang benderang, Suryani pasangan Isdianto adalah anggota legeslatif, DPRD Kepri dari partai PKS, untuk maju di Pilgub Kepri 2020.

Dua periode terpilih sebagai anggota DPRD Kepri menunjukkan Suryani punya “jam terbang” yang sangat memadai dalam dunia politik Kepri.

Beberapa posting saya pernah menyinggung tentang Isdianto, mulai dari puja puji sampai ke kritik pedas, diantaranya adalah sbb:

Apa keunggulan dan bagaimana peluang MENANG pasangan Isdianto dan Suryani?
----------------------------------------------------------

Sudah saya tulis berkali kali tentang keunggulan sebagai “incumbent,” diantaranya:
- Menguasai logistik yang “melimpah”
- Bisa mengakses birokrat sampai ke desa, RT/RW
- Punya wewenang untuk berkoordinasi dengan aparat, baik Polisi, TNI, termasuk Babinsa soal keamanan pilkada.

Untuk kasus Isdianto, ini keunggulan berpasangan dengan Suryani dan kemudian didukung oleh PKS dan partai Hanura:
- Partai PKS mengantarkan Prabowo-Sandi meraup suara 52% umat Islam. PS kalah karena suara non-muslim.
- Hanura adalah partai nasionalis yang konstituennya terdiri dari semua etnis dan agama.

Mayoritas penduduk Kepri, dan orang Melayu Kepri yang muslim, ditambah demograpi Kepri yang multi-etnis dan multi-agama, merupakan peluang besar untuk Isdianto dan Suryani. PKS dan Hanura adalah kartu “as.”

Apakah semua sumber keunggulan ini bisa mengantarkan Isdianto dan Suryani menang Pilgub Kepri 2020? Mari kita tunggu.